Cerita ini bermula dari sebuah obrolan di sebuah warung kopi sederhana di pinggir jalan.
”Jo gimana kabarmu ??? Setelah dipecat oleh si nyonya, kamu jadi jarang nongol disini sih jadi kangen aku.” ucap seorang lelaki setengah baya berpakaian satpam sambil tangannya mengambil sepotong pisang goreng yang tersaji dihadapannya.
”Ah biasalah Bang lagi sibuk, ada protek kecil-kecilan.” jawab seorang laelaki berumur 40 tahunan sambil menyeruput secangkir kopi panas pesanannya.
”Wah udah sukses lo Jo, pake ngerjain proyek segala.” kata sang satpam, dari papan nama yang dipakainya tertulis ”Bambang”. Orangnya gemuk, tingginya 169cm, berkulit coklat agak kehitaman, berkumis tebal dan kepalanya botak tengahnya.
”Sukses apaan bang ??? Proyek gue cuma copet sana copet sini doank hehehehehe.” ujar sang lawan bicara sambil tertawa memperlihatkan giginya yang letaknya amburadul sama seperti yang punya.
”Owalah Jo Jo, daridulu gak pernah berubah lo.” kata Bambang sambil tersenyum kecut mendengar penuturan Paijo sahabatnya itu. Paijo memang dari dulu terkenal sebagai preman kampung kerjanya kalau tidak malak ya maling, maka dari itu Paijo diajak Bambang ikut ke kota untuk merubah peringai buruknya itu tapi apa mau dikata sifat orang sulit dirubah.
”Eh Bang kamu masih kerja di rumah itu yah ???” tanya Paijo sambil ikut-ikut Bambang mencomot pisang goreng.
”Masih, emang kenapa ?” tanya Bambang.
”Gak apa-apa, cuma nanya aja.” jawab singkat Paijo sambil memandang kosong ke arah gelas kopi yang ada dihadapannya. Pikirannya melayang saat dia pertama kali diajak Bambang ke kota untuk ikut bekerja di rumah majikan Bambang.
#################### ############
6 Bulan yang lalu….
Di sebuah terminal bus ibukota kisah pengembaraan Paijo dimulai.
”Aduh panas amat sih ibukota, tau gini gwe gak mau deh disuruh si Bambang kesini.” gerutu seorang lelaki berumur 40an, berbadan kurus, tinggi 170cm, berkulit coklat dekil, dia tak lain adalah Paijo. Begitu turun dari sebuah bus dia langsung menuju warung kopi setempat untuk melepas lelahnya.
”Halo.. Bang lo dimana ??? Katanya jemput gwe di terminal ???” kata Paijo sambil menyeruput kopi pesanannya.
”Sabar Jo ni lagi di jalan, udah kamu tunggu aja deh, eh udah dulu yah dah ijo nih lampunya.” jawab Bambang sambil terdengar suara telpon ditutup.
”Ah kampret si Bambang.” gerutu Paijo sambil meletakkan hpnya. Tak lama berselang datang Bambang menjemput Paijo untuk diperkenalkan pada majikannya.
Di tengah padatnya lalu lintas ibukota. Bambang mengendarai sepeda motor tuanya dengan lihai, dia menyalip semua mobil yang ada di hadapannya seolah-olah dia adalah seorang pembalap berpengalaman.
”Wooi Bang jangan cepat-cepat, gwe takut nih.” teriak Paijo sambil memeluk erat sahabatnya itu.
”Udah santai aja Jo, aku sudah mahir kalau urusan salip menyalip hahahaha.” jawab Bambang sambil menambah kecepatan motornya. Sampai mereka berhenti di sebuah perempatan yang cukup ramai dan lampu lalu lintas menunjukkan warna merah, Bambang berhenti sebentar sambil membuka kaca helmnya.
Dia melihat kekiri ada 2 orang gadis bersepeda motor yang menatapnya dengan aneh sambil tertawa-tawa kecil, dikanannya dia melihat sepasang abg yang juga melihatnya dengan tatapan aneh.
”Ni orang-orang ngapain pada lihatin gwe ???” batin Bambang sambil mengaca pada spion motornya takut ada kotoran yang menempel dimukanya sehingga jadi perhatian orang-orang. Tak seberapa lama melintas seorang pengamen bencong membawa bass betotnya dia melihat Bambang sebentar dan mulai menghampirinya.
”Aduh Bang ini masih siang-siang di tempat umum pula, kalau udah nggak tahan ayo ikut eike jangan disini donk.” kata si Bencong dengan suara cempreng dan kemayunya.
”Heh ngomong apaan lo ??? Hush pergi sana gwe gak punya receh !!”. Kata Bambang merasa jengah dipelototi oleh semua orang di lampu merah itu.
”Lha itu temannya megang apaan coba ??? Masa dak sadar sih bang ??”. Jawab si Bencong sambil jarinya menunjuk ke arah perut Bambang
Saat Bambang melihatke arah perutnya dia terkejut karena tangan Paijo tepat mendarat di selangkangannya pantas semua orang melihatnya dengan aneh.
”Hei Jo, lo pegang apaan dasar kampret ?? Bangun woi !”.Bambang teriak sambil menggoyangkan tubuh tambunnya, Paijo yang sedang menutup matanya sambil memegang erat pangkal paha Bambang.
”Eh kuyuk, ngapain pake teriak-teriak segala ? ” Balas Paijo yang kaget diteriaki.
”Eh kampret lihat noh, lo pegang apaan hah ? ” Kata Bambang.
”Lha emang apaan nih ? ” Jawab Paijo sambil meremas-remas burung Bambang yang sedang tertidur didalam celananya tersebut.
”Woi asem, malah diremas.” ucap Bambang kesal.
”Wei lhadalah ternyata ini burungmu toh Bang tak kira, kamu bawa botol minuman disakumu hehehehe.” Kekeh Paijo sambil menjauhkan tangannya dari pangkal paha sahabatnya itu.
“Aduh emang gede yah Bang ? Aduh eike jadi pengen lihat hihihihi.” celoteh si Bencong yang sedari tadi melihat pertengkaran 2 sahabat ini.
”Heh wanita jadi-jadian minggat sono !! Kalo dak gwe tabrak juga nih.” Ancam Bambang sambil menarik-narik tuas gas motornya.
”Ih takut, tapi sun dulu donk, Muuuaaachh.” kata sang Bencong sambil mengambil keesempatan dalam kesempitan mencium pipi si Bambang, terus berlari meninggalkan 2 sekawan itu yang masih dipandangi oleh orang-orang di perempatan.
”Ah sialan masa gwe dicium bencong, kalau yang nyium si nyonya mah gwe mau-mau aja.” ujar Bambang sambil memutar tuas gas motornya karena lampu sudah hijau.
”Emang majikan lo cakep Bang ?” tanya Paijo penasaran.
”Beuh bukan cakep lagi Jo tapi cakep binti bahenol bin mulus, secara artis gitu lho.” terang Bambang bangga.
”Wah siapa Bang ? Beritahu dong.” rengek Paijo penasaran.
”Udah ntar juga lo lihat sendiri.” kata Bambang sambil menambah kecepatan motornya sampai mereka memasuki sebuah kawasan elite hal ini nampak dari rumah-rumah yang ada di kanan-kiri jalan yang terlihat besar dan mewah, mereka berjalan menyusuri jalan di perumahan elite tersebut sampai tiba di sebuah rumah besar berlantai 3 berwarna kuning gading dengan pagar yang tinggi menjulang, di depannya tampak 3 mobil mewah yang terparkir di depan garasi.
”Nah ini Jo tempat kerja gwe, gimana bagus kan ?” kata Bambang bangga sambil membuka pagar besi berwarna kuning.
”Wah gede yah Bang, eh mana nih majikan lo ?.” tanya Paijo yang masih penasaran dengan sang majikan.
”Eh Pak Bambang udah balik, sini pak !” seru seorang perempuan di depan pintu rumah.
”Nah ayo Jo ! gwe kenalin ma majikan gwe.” kata Bambang sambil menggandeng Paijo menaiki tangga kecil menuju tempat sang nyonya berada.
”Oh ini toh teman kamu yang mau kerja disini Bang ?” tanya sang nyonya sambil memperhatikan Paijo dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sedangkan Paijo hanya melongo melihat sosok wanita tinggi, putih, berhidung mancung dan berbadan seksi itu.
”Kenalin nya, ini namanya Paijo temen saya yang pengen nglamar jadi tukang kebun disini.” kata Bambang sambil menunjuk Paijo.
”Owh namanya Paijo, kenal saya kan ?” tanya sang nyonya yang langsung membuyarkan segala lamunan jorok Paijo.
”Eh….eh….hhhmmm nyonya Deswita Maharani kan ? Artis yang biasa masuk di tv ntu ?” tanya Paijo lugu.
”Iya Jo, wah ternyata kamu tahu juga yah hahahaha.” Deswita tertawa melihat Paijo yang gugup.
”Ya udah sekarang kamu ikut Bambang yah, biar dia yang kasih tahu tugas-tugas kamu sama tempat kamu tidur.” kata Deswita sambil berbalik menuju ke dalam rumah.
Paijo diajak Bambang ke kamar belakang yang dipisah dari rumah utama oleh gang sempit, Bambang menjelaskan tugas Paijo sebagai tukang kebun. Di sana hanya ada Bambang dan Paijo saja sebenarnya ada seorang pembantu perempuan tapi dia hanya bertugas sampai sore saja setelah itu dia pulang ke rumahnya di kampung dekat komplek perumahan elite tersebut. Paijo sebenarnya mulai betah kerja di sana, apalagi Deswita sangat baik dan ramah padanya tak jarang bila tak ada kesibukan Deswita selalu menemani Paijo ngobrol saat Paijo bekerja merawat kebun. Tapi hal yang sebaliknya dirasakan oleh Paijo dari Ferry Maryadi suami Deswita yang selalu berlaku kejam padanya, apabila ada sedikit saja kesalahan maka tak jarang pula Ferry memarahi Paijo dengan kata-kata kasar. Sebenarnya hal itu diketahui oleh Deswita tapi apa mau dikata sifat keras Ferry Maryadi membuat Deswita tak berani menentang, dia hanya memberitahu Paijo agar memaklumi sifat suaminya itu dikarenakan Ferry sangat cemburu melihat kedekatan Deswita dan Paijo. Sampai pada suatu saat……….
”Mama…..ma sini Cepaaat !” teriak Ferry dengan lantang tak lama kemudian datang
Deswita yang masih memakai daster motif bunga-bunga sebab hari ini tidak ada jadwal syuting sehingga Deswita ingin memasak untuk suaminya.
”Ada apaan sih Pa ?” tanya Deswita.
”Mama tahu Hpku dimana ?” tanya Ferry kesal.
”Yah mana mama tahu, kan yang naruh Papa sendiri.” jawab Deswita pendek.
”Iya Papa tahu tadi Papa taruh di atas meja rias di kamar, sekarang kok dak ada ?” jelas Ferry sambil masih sibuk mencari-cari sesuatu di laci-laci meja rias.
”Jangan-jangan ada maling masuk ke rumah ma.” kata Ferry sambil menatap Deswita dengan curiga.
”Emang siapa malingnya? Kan di rumah cuma ada papa sama mama, si mbok juga paling pagi ampe siang doang itu juga di dapur jarang ke ruang depan.” kata Deswita menjelaskan.
”Ehhmm siapa tuh tukang kebun kita yang baru ?” tanya Ferry.
”Si Paijo ? Ah Papa ngaco, lha wong dia itu dak pernah masuk rumah kok, paling-paling juga ke dapur makan doang.” jawab Deswita.
”BAMBANG….BAMBANG…..BAMBANG !!!!” teriak Ferry memanggil Bambang.
”Ya pak, ada apa yah ?” jawab Bambang terengah-engah.
”Panggil si Paijo kemari !” perintah Ferry.
”Siap pak !” jawab Bambang sigap sambil berlalu.
5 menit kemudian……
”Ada apa yah pak ?” Kata Paijo yang datang di ruang depan yang disana sudah ada Ferry Maryadi dan Deswita Maharani yang menunggu diatas sofa.
”Paijo tadi kamu masuk ke rumah kan?” tanya Ferry penuh selidik.
”I….iya pak tadi siang saya masuk buat ambil makan di dapur.” aku Paijo.
”Benar kamu cuma ambil makan di dapur ?” kata Ferry dengan nada selidik.
”i….iy…..iya pak.” jawab Paijo yang semakin bingung dengan pertanyaan-pertanyaan majikannya tersebut.
”Apa kamu tidak masuk ke kamar saya terus mengambil HP saya.” tanya Ferry.
”Tidak kok pak, saya mana berani ngambil HP bapak.” elak Paijo, sebenarnya Paijo sudah mau insaf dari segala perbuatan buruknya sejak bekerja di rumah disana, itu semua berkat kebaikan dan keramahan Deswita.
”Alah mana ada maling yang ngaku.” kata Ferry sinis. Mendengar perkataan sang majikan semakin membuat Paijo bingung, salah apa sehingga dia difitnah dengan kejam seperti ini.
”Udah ayo kita ke kamar kamu Jo, saya mau periksa.” kata Ferry yang langsung berdiri dan menuju kamar Paijo di belakang yang langsung diikuti oleh Paijo, Bambang dan Deswita. Disana Ferry menggeledah kamar Paijo, tanpa disadari mereka Ferry mengeluarkan HP dari saku bajunya.
”Nah ini apa ? Paijo coba kamu jelaskan kenapa Hp saya ada di kamar kamu !” bentak ferry sambil menunjukkan HPnya pada Paijo.
”Ah…anu…itu…Tadi dak ada disitu kok tuan.” kata Paijo yang kelihatan gugup, karena memang bukan dia yang mengambil Hp tuannya itu.
”Tapi gak mungkin Pa kalau Paijo yang nyuri HP papa.” Deswita coba membela Paijo. Hal itu malah menambah kecemburuan Ferry pada tukang kebunnya tersebut.
”Udah kamu jangan belain maling satu ini, Bambang sekarang kamu cepat usir dia dari rumah ini sekarang juga !” perintah Ferry pada Bambang.
”I….iiyy….iiyaa Pak.” jawab Bambang terbata-bata karena tidak tega mengusir sahabat baiknya tapi ini adalah perintah dari majikannya sehingga dia harus memendam segala rasa persahabatan miliknya.
”Ayo Jo kita keluar !” ajak Bambang dengan halus, merasa sudah dijebak Paijo mengerti dan menurut saat diajak Bambang keluar dari rumah itu.
”Baik pak kalau bapak memang mau saya pergi maka saya akan pergi tapi ijinkan saya membereskan barang-barang saya.” Paijo meminta ijin.
”Ya sudah, sana cepat kemasi semua barang-barangmu sebelum aku panggil polisi.” perintah Ferry dengan sombong, sesudah semua barang-barangnya dikemas Paijo pergi dari rumah itu diantar oleh Bambang.
################################################## ############
*Kembali ke masa kini*
”Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku..uu…u…u.” suara cempreng seorang pengamen membuyarkan lamunan Paijo.
”Ah siapa sih nih ? Suaranya jelek amat.” ujar Bambang kesal karena acara minum kopinya diganggu oleh suara yang tidak enak untuk didengar itu.
”Idiiiih si Abang, jangan gitu napa ? Gini-gini kan eike juara nyanyi bang.” jawab sang pengamen yang ternyata adalah bencong yang ketemu di perempatan saat Paijo datang pertama kali di ibukota.
”Lha dalah kamu lagi….kamu lagi, kenapa nasibku sial mulu yah ? Bukannya dikejar cewek eh ini malah dikejar bencong mana bencongnya bentuknya abstrak kayak gini pula.” ujar Bambang yang kesal saat menengok ke arah bencong pengamen tadi yang berada di depan warung dengan dandanan ”full colour” tak lupa dengan kecrekan dari bekas tutup botol.
” idih si Abang gayanya aja gitu tapi aslinya senengkan ketemu ama Jamela lagi, hayo ngaku hanyo.” jawab sang bencong dengan PD, nama aslinya Jamil tapi kalau sedang jadi bencong jadi Jameela.
”Idih najis tralala eike seneng ketemu kmyuuu, eh napa gwe ngomong bences ? Gara-gara lo sih, udah sana pergi !” kata Bambang, melihat sang bencong timbul sebuah ide di kepala Paijo.
”Bang gwe punya ide nih, tapi lo kudu bantu gwe yah.” kata Paijo.
”Ide apaan emangnya ?” tanya Bambang keheranan, Paijo pun membisiki Bambang.
”Ah gila lo, ntar kalo dianya lapor polisi gimana ?” kata Bambang yang terlihat terkejut setelah dibisiki Paijo.
”Udah lo santai aja dak bakalan deh dia lapor.” rayu Paijo.
”Hhmmmm…oke deh tapi lo yang bicara ama tuh bencong gwe malas.” imbuh Bambang.
”Ok ok, eh mana tuh bencong ?” Paijo clingak clinguk mencari bencong tadi. Sampai dia melihat sang bencong tengah melihat TV yang kebetulan di dalamnya ada acara komedi yang diperankan oleh Ferry Maryadi mantan juragan Paijo.
”Wah mas…eh…mbak seneng sama tuh artis yah ?” tanya Paijo.
”Huuh mas eike naksir berat ama tuh artis mana ganteng, badannya kekar, uuhhh pokoknya gak nahan deh.” cerocos Jamil.
”Mbak mau ketemu tuh artis gak ?” tanya Paijo.
”Eh emang bisa mas ?” Jamil langsung bertanya penasaran.
”Bisa, asal…..” Paijo membisiki Jamil yang ditanggapi cekikikan oleh sang bencong.
”Ok deh mas, itu mah bisa diatur hehehehehe.” jawab Jamil sambil tertawa licik.
**************************************
Seminggu kemudian……………….
”Maaf bu ini ada paket buat ibu.” kata Bambang sambil menyerahkan sebuah bungkusan berwarna coklat pada Deswita.
”Owh iya, makasih yah pak Bambang.” balas Deswita dengan senyuman.
”Permisi bu, saya mau kembali ke pos.” Bambang pamit pada Deswita, yang dijawab dengan anggukan oleh Deswita karena Deswita tampak sibuk mengamati paket yang diterimanya tadi.
”Kok dak ada alamat pengirimnya yah ? Ah mungkin dari penggemar.” batin Deswita sambil membolak-balik paket tadi, saat dibuka yang ada hanya sebuah kaset dvd dengan sebuah pesan diatas sebuah kertas yang ditaruh didalam wadah kaset dvd tersebut.
”Tolong diputar sekarang juga !” tulis pesan itu. Karena penasaran Deswita pun lantas memutarnya dan dia sangat terkejut karena gambar yang muncul di layar televisi adalah gambar sang suami Ferry Maryadi sedang dihisap kontalnya oleh seorang laki-laki mirip perempuan.
”Ya ampuuun papa ?” kata Deswita lirih sambil menutup mulutnya tak percaya dengan kelakuan suaminya itu, Ferry yang selama ini dikira hanya berakting jadi bencong ternyata benar-benar mengalami orientasi seks yang menyimpang.
”Kring….kring….kring.” suara telpon rumah Deswita berdering.
”Halo…” jawab Deswita.
”Halo bu, gimana kiriman saya sudah datang ?” jawab seseorang diseberang telpon.
”Jadi kamu yang kirim video ini, apa mau kamu hah bajingan ? Uang ?” tanya Deswita kesal.
”Saya tidak minta uang saya minta tubuh kamu sayang hahaha.” jawab sang penelpon misterius.
”bajingan jangan macam-macam yah, saya lapor polisi baru kamu tahu rasa.” ancam Deswita.
”Owh silahkan tapi jangan salahkan saya bila video suamimu beredar di internet.” ancam balik sang penelpon.
”Jangan, saya mohon jangan. Baik saya akan menuruti semua kemauanmu tapi jangan kamu sebarkan video itu.” jawab Deswita sadar akan akibat yang akan terjadi jika video itu tersebar.
”Bagus sekali sayang, sekarang buka pintu rumahmu. Gwe ada di depan pintu rumahmu.” perintah sang penelpon misterius. Saat pintu dibuka Deswita terkejut karena di depannya sudah berdiri seorang laki-laki yang dikenalnya.
”Paijo…??” Deswita terkejut setengah mati.
”Apa kabar bu ? Hehehehehe gimana ? Terkejut ?” jawab Paijo santai.
”Kamu…bagaimana bisa ?” tanya Deswita.
”Jangan kaget gitu bu, sebenarnya saya sudah tahu sejak lama kalau suami ibu punya kelainan jadi saya umpan dia pake kenalan saya. Pas dia lagi ”main” diam-diam saya rekam.” jawab Paijo menjelaskan.
”Kamu…Bajingan, Bambang…Bambang !!” teriak Deswita memanggil Bambang.
”Ada apa bu ?” jawab Bambang yang datang.
”Usir orang ini sekarang juga.” perintah Deswita kesal.
”Owh dak bisa, gwe punya kesepakatan dengan Bambang, ya gak Mbang ?” jawab Paijo santai.
”Apa jadi kamu juga Mbang ?” Deswita kaget dengan pengakuan Paijo.
Sedang Bambang hanya tersenyum mesum membayangkan bahwa sebentar lagi dia akan menikmati tubuh sang majikan yang seksi dan putih bak artis bokep dari jepang apalagi buah dada Deswita yang berukuran besar.
”Sudah jangan banyak tanya, sana masuk !” hardik Paijo yang sudah tak sabar ingin segera menggeluti tubuh sang artis. Dengan kasar didorongnya Deswita masuk kedalam rumah yang langsung diikuti Bambang dari belakang dan segera mengunci pintu.
”Jangan saya mohon jangan Jo, apa salahku sampai kamu tega kayak gini ?” Deswita bertanya sambil meneteskan air mata.
”Ini bukan salah lo sayang tapi ini semua salah suami lo yang cemburuan abis, jadi kalau lo pengen ngutuk maka kutuk aja suami lo hahahahaha.” jawab Paijo sambil menjambak rambut Deswita yang tersungkur di lantai.
”Tapi Jo…Umph…mmhhhh.” sebelum Deswita selesai menyelesaikan perkataannya bibir seksinya sudah dicium dengan ganas oleh Paijo.
”Wah Jo nyosor aja lo, wah mantab Jo toketnya kenyal euuyyh.” kata Bambang sambil meremas dada Deswita yang dibungkus dengan kaos ketat warna merah itu.
”Bentar Mbang jangan disini dak enak mainnya, ayo nyonya Ferry kita masuk ke dalam kamarmu.” kata Paijo sambil menyeret Deswita menuju kamarnya.
”Akh tolong…sudah Jo.” pinta Deswita beringsut diatas ranjangnya saat melihat Paijo mulai melepas pakaiannya satu persatu.
”Akh….hiiii.” teriak lirih Deswita saat melihat kontol Paijo yang berdiameter raksasa dan panjang sekitar 15cm itu tengah mengacung keatas, sambil menutup matanya dengan tangannya diam-diam Deswita melirik penis Paijo.
”Kenapa bu ? Belum pernah lihat kontol yah ? Hahahahaha pasti lo belum pernah lihat kontol yang sebenarnya kan. Nih lihat yang benar hahahahaha.” kata Paijo sambil naik ke ranjang, mengangkangi Deswita dan menampar-namparkan penisnya yang tegang ke muka Deswita yang tertutup oleh tangannya. Merasakan hangat dari penis Paijo perlahan-lahan birahi Deswita mulai naik.
”Ayo donk dibuka, nih hisap kontol gwe. Kontol gwe enak lho rasanya kayak permen lolipop rasa susu tapi susunya susu basi hahahahahaha.” ujar Paijo sambil berusaha membuka tangan Deswita yang masih menutupi mukanya.
”Akh…..uhhmmmppp..” Deswita kaget saat merasa ada yang memelorotkan rok panjang yang dikenakannya, sehingga dia melepaskan tangannya. Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Paijo yang langsung memasukkan penisnya ke mulut Deswita sehingga artis cantik itu tersedak karena tak mampu menampung batang penis Paijo yang besar.
”Wah Jo pahanya putih mulus tanpa bulu hehehehe.” kata Bambang yang ternyata juga sudah bugil, yang melucuti rok panjang Deswita ternyata adalah Bambang karena tak tahan ingin segera melihat tubuh sang artis tanpa busana.
Sepasang paha putih mulus itu langsung jadi bulan-bulanan oleh Bambang yang sudah terkena nafsu setan, dijilatinya sepasang paha itu yang mengakibatkan Deswita kegelian tapi dak dapat protes karena mulutnya tersumpal penis Paijo. Penjelajahan Bambang akhirnya sampai pada pangkal paha sang artis terlihat bagian terpenting itu tertutupi oleh celana dalam warna krem bermotif bunga, ditengahnya terlihat basah yang menandakan kalau si empunya sudah terangsang hebat.
”Wah Jo si nyonya udah basah banget Jo, wuih harum beda ama perek-perek yang biasa gwe pake.” kata Bambang sembari membenamkan wajah pas-pasannya itu ke dalam pangkal paha Deswita.
”Yeee barang artis lo samain ama perek bedanya jauh Mbang tapi persamaannya sama-sama enak kalo dimasukin kontol hahahahah.” Paijo tertawa puas mengetahui kalau Deswita sudah terangsang.
”Uhhmmm……ukkhhh….uhuk….uhuk.” Deswita tidak bisa protes karena masih tersumpal penis Paijo sampai akhirnya Paijo melepaskan penisnya dari bibir Deswita yang membuat sang artis terbatuk-batuk.
”Mbang gantian, gwe pengen jilatin memek nih artis. Gwe penasaran rasanya kayak gimana ?” ujar Paijo sambil berdiri.
”Ok Jo tapi kita bugilin dulu dong nyonya, masa cuma kita doang yang bugil.” ujar Bambang sambil mencoba membuka celana dalam Deswita.
”jangan….jangan….saya…mohon.” pinta Deswita memelas sambil tangannya memegangi celana dalam yang akan dilepas oleh Bambang.
”Plakkk….” sebuah tamparan keras melayang ke arah pipi mulus Deswita.
”Heeehh lonte jangan banyak cincong ! Apa lo udah lupa soal video suami lo ? Mau gwe sebarin biar geger seluruh negeri ?” ancam Paijo sambil menjambak rambut panjang Deswita.
”Jangan…baik-baik saya nurut.” jawab Deswita sambil mengusap-ngusap pipi kanannya yang memerah akibat tamparan Paijo.
”Bagus, nah gitu kan sama-sama enak hehehe. Mbang bugilin dia ! Gwe mau telpon dulu.” perintah Paijo pada Bambang sambil berlalu meninggalkan mereka berdua di kamar dan menuju ruang tengah.
”Halo…..he…..hem…..bagus….ok-ok ntar setengah jam lagi lo suruh telpon aja ok, bye gwe mau ”main” dulu yah.” kata Paijo sambil menutup telpon dan menuju kamar Deswita.
”Ah….ssshhhh…..mmmhhhh.” desahan Deswita langsung menyambut Paijo saat memasuki ruangan tersebut.
Terlihat Bambang tengah menindih Deswita yang sudah tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh sintalnya dan menggenjot penisnya di dalam vagina sang artis.
”Wah Mbang main gasak aja lo, lah gwe kebagian apanya nih ? Masa gwe bengong doang lihat lo ngentot ?” kata Paijo protes.
”Sabar Jo, nih nih masih ada toketnya. Kenyal lho mana padat berisi lagi.” jawab Bambang cuek sambil tetap memompa penisnya.
”ah….hhhmmmm…..ha….ha……hekkk.” erangan Deswita terhenti seketika ketika perutnya terasa sesak saat Paijo mendudukinya dan mulai menyodorkan penisnya.
”Ayo nya nih jepit kontol gwe pake toket lo !” perintah Paijo sambil menyorongkan penisnya di depan wajah Deswita.
Mulanya Deswita tampak ragu-ragu tapi melihat tampang Paijo yang mulai kesal maka dengan terpaksa dia menuruti kemauan mantan pembantunya itu.
”Oh….sshhhh….mantab, ternyata beneran Mbang, toketnya kenyal plus padat berisi hahaha. Mana pentilnya gede lagi, ngegemesin deh ihhhh.” kata Paijo sambil menikmati jepitan dada Deswita dan mulai memaju mundurkan kontolnya.
”Akhhhh…..jangan, sakittt……!” Deswita kesakitan saat dengan gemasa Paijo menarik pentilnya dengan keras.
”Wah Jo coba lo tarik lagi !” ujar Bambang disela-sela genjotannya.
”Mang napa Mbang ?” tanya Paijo keheranan.
”Saat lo tarik pentilnya memeknya nyonya kayak nyedot-nyedot kontol gwe.” ujar Bambang.
”Wah ternyata si nyonya senangnya disiksa yah, wah kelainan juga nih orang sama kayak suaminya hahahahaha.” kata Paijo sambil mulai menarik-narik puting sang nyonya dengan keras.
”Akhhh….jangan….aku…..dak…kuattt….AAAAK KKKHHHHH.” Deswita orgasme akibat perlakuan Paijo dan genjotan Bambang di memeknya.
”Wah Jo si nyonya ngecroot, uhhh mantaphhh anget-anget sedottt.” Bambang keenakan saat memek Deswita berkontraksi akibat orgasme hebat yang melandanya.
”Wah enak di lo dak enak di gwe Mbang.” ujar Paijo cemberut sambil melepaskan kontolnya dari jepitan dada Deswita.
”Ha……ha…..ha….ha.” Deswita terengah-engah usai mendapatkan orgasme yang hebat tadi, belum pernah dia mendapat kepuasan seks seperti tadi, diam-diam dia mulai menikmati perkosaan yang tengah dialaminya.
”Ok ok Jo, nih gwe mau minum dulu nih, haus gwe.” Bambang meninggalkan Deswita yang masih tergolek lemah dan menuju keluar kamar.
”Nah sekarang sini, giliran gwe yang nyicipin memek lo.” kata Paijo sambil menepuk-nepuk pahanya yang mengisyaratkan bahwa dia ingin Deswita berada diatasnya.
”Hmmmpph….ahhh…..ssshhhh…besss..besaarr.” kata Deswita lirih saat dia menurunkan tubuhnya pelan-pelan diatas kontol Paijo.
”Hahahaha enakan mana kontol gwe ama kontol suami lo ?” tanya Paijo saat Deswita mulai menggoyang pinggulnya.
“Sssshhhh….ahhhmm..haa…haaa.” Deswita tak menjawab karena tengah merasakan nikmat yang tiada tara.
”Heh ditanya kok diam aja ?” Paijo kesal dan langsung meremas dada Deswita dengan kasar.
”AHHHH….AKKKHHHH.” tak disangka akibat remasan Paijo, Deswita kembali mendapatkan orgasme yang dahsyat.
”Wah belum-belum udah ngecroot 2x, enak yah kontol gwe ?” Paijo bertanya sambil tetap memegang pinggul Deswita dan mulai menggoyang-goyangkannya.
”Ha….ha….hmmmmph…huuh enak banget kontol kamu.” jawab Deswita yang telungkup menutupi tubuh Paijo akibat kelelahan setelah mendapat orgasmenya yang kedua.
”Akhhhh….jangan…jangan disitu !” kata Deswita panik saat merasa ada seseorang yang berusaha memasukkan sesuatu kedalam liang duburnya.
”Tenang aja Nyah dijamin pasti bakal minta nambah.” ternyata Bambang berusaha memasukkan penisnya ke dalam lubang anus Deswita.
”AAAAKKHHHH……” Deswita teriak saat Bambang berhasil membenamkan penisnya masuk ke dalam lubang anus sang nyonya.
”Wah gila lo Mbang, tapi gak apa-apa biar tambah mantap. Ayo Mbang goyang bareng-bareng.” kata Paijo sambil mulai ikut memompa penisnya yang masih berada di lubang vagina Deswita.
”Akkkghhh….bajingan….akkkhhhh…terussshhhh.. ..terusin…..hhhhmmmpphh.” desah Deswita yang mulai tak terkontrol akibat kenikmatan yang baru pertama kali rasakan.
”Tilililit…..tilililit.” suara handphone Deswita yang ditaruh didekat ranjang berbunyi dan langsung diambil oleh Paijo, sejenak dia melihat ID sang penelpon dengan senyum misterius dia memberikan HP tadi ke Deswita.
Saat melihat ID sang penelpon mula-mula Deswita tak ingin menjawabnya tapi dipaksa oleh Paijo sehingga dia menerimanya juga.
”Halo papa….hhhmmmm….ssshhhh.” jawab Deswita.
”Halo ma, ahhhh…..ini papa mau …..kabarin….ssshhhh…kalo papa pulangnya agak telat.” kata Ferry di ujung telepon sana.
”Iya dak apa-apa Pa, Papa lagi ngapain kok kayaknya kesakitan gitu ?….ahhhssss.” tanya Deswita.
”Ini….Papa…lagi dipijat…auwwhh.” balas Ferry.
”Sama donk Pa ahssss….ini Mama juga lagi dipijat….owwwwhhsss.” jawab Deswita sambil berusaha menahan desahannya karena Paijo dengan usilnya menyedot dada Deswita dengan keras.
”Ya…udahsss…Ma…Papa tutup dulu yah.” kata Ferry yang langsung menutup telpon.
********************************
Di kamar hotel….
”Aduh yang telpon siapa sih ? Bikin aku cemburu aja.” kata seorang waria di sela-sela mengulum sebuah penis yang kecil nan pendek.
”Ada deh yang, yukz dilanjutin.” ujar sang pelanggan yang tak lain dan tak bukan adalah Ferry Maryadi.
”Iiiihhh sebel, Jameela cemburu nih jadinya.” ujar sang waria yang adalah Jamil.
”Udah pokoknya kamu tahu beres deh, yuk kita ”Main” lagi.” ujar Ferry sambil meletakkan HPnya, perlahan-lahan Jamil mendekati Ferry dan masuk ke dalam selimut hotel yang menutupi tubuh Ferry.
************************************************** **
Kamar Deswita……
”Wah Jo si nyonya pintar bohong juga yah, Nya udah berapa kali selingkuh kok pintar banget bohongnya ? Hahahahaha.” ujar Bambang yang tengah menusuk-nusukkan penisnya di lubang anus Deswita.
”Ahhhh……sssshhhh……udah….jangan….banya k….bacot….akhhhh……genjot…..yang….cepet …ba….bajingan.” ujar Deswita tersengal-sengal. Sungguh pemandangan yang ajaib seorang artis kelas nasional berkulit putih mulus tengah dihimpit oleh 2 orang lelaki kasar berkulit hitam dan sedang mengerang-ngerang merasakan 2 batang penis tengah menusuk-nusuk 2 lubang kenikmatan sang artis.
”Ahhhh….ha….ha…Jo gwe gak kuat nih pengen keluar.” Bambang tengah berusaha menahan arus sperma yang tengah berusaha keluar dari ujung penisnya.
”Ssshhh….aaakkhhh….sama Mbang, kita cepetin aja yuk biar sama-sama crooetsss, gwe penasaran si nyonya kalo ntar hamil anakanya kayak siapa yah ?” kata Paijo.
”Ah….jangan…jangan di dalam.” kata Deswita memelas mengetahui niatan Paijo yang ingin mengeluarkan spermanya di rahimnya.
”Udah jangan banyak cincong, nih terima pejuh gwe AKHHHHH….LONTE….NIH…NIH…NIH.” kata Paijo diiringi sentakan-sentakan kuat yang membuat Deswita kembali orgasme untuk yang ke-3 kalinya.
”AAAAKHHHJJ….AAAAAKKKKHHH…..HA..HA…HA…HA. ” terdengar suara desahan ke-3 orang tersebut saat mereka telah mencapai puncak kenikmatan secara bersama-sama.
Bambang segera melepas penisnya setelah copot gantian Paijo yang menggulingkan tubuh Deswita ke samping, Deswita hanya bisa terengah-engah menyesali nasibnya sekarang disela-sela lubang vagina dan lubang anusnya mengalir cairan putih menetes keluar banyak.
”Hahahaha makasih yah Nya, ingat jangan macam-macam atau gwe sebar video tadi ok. Setiap suami lo keluar maka lo harus menuruti gwe dan Bambang dan juga lo harus mencukupi semua kebutuhan gwe dan Bambang baik itu jasmani ataupun ”Rohani” ngerti ?” jelas Paijo panjang lebar sambil menjambak rambut Deswita hingga acak-acakan.
”Iya…akkkhh…..saya bakal nurut semua mau kamu.” kata Deswita sambil meringis menahan tangis.
”Hahahahah bagus, Mbang ayo kita ngopi dulu.” kata Paijo sambil memunguti bajunya dan meninggalkan ruangan itu diikuti oleh Bambang,
Deswita hanya bisa tergolek tak berdaya memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan, apa yang akan terjadi jika dia benar-benar hamil akibat perbuatan 2 orang itu ? Semua soal itu membuat Deswita tak kuasa membendung airmatanya.,,,,,,,,,,,,,,,,,,
*TAMAT*