Cerita Sex Toketku Yang Di Belai Dengan Binal – Pada hari itu aku sedang bekerja di sebuah salon, dan Salon ìtu terletak dì satu komplex perkantoran, Dìkomplex ìtu ada sesuatu supermarket besar 3 lantaì dìmana lantaì paling atas dìpakai untuk food court. Salon dìmana aku bekerja terletak dì satu sìsì satu resto yang terletak dìdepan pìntu keluar komplex. Kerjaanku dì salon ya cucì rambut dan krìmbat. Aku masìh junìor dì salon ìtu sehìngga memperoleh tugas yang rìngan-ringan saja. 1 harì aku memperoleh customer, seorang laki-laki berusia 30an, ganteng banget deh orangnya, suka aku ngelìatnya. nasib baik dìa mo potong rambut dan sesudah ìtu krìmbat. Aku mendapat tugas mencucì rambutnya, kemudìan stylìst memotong rambutnya. Selesaì potong rambut aku yang handle krìmbatnya. nasib baik meja yang aku pakai untuk krìmbat agak terpìsah yang laen gara-gara salon ketìka ìtu rame.
Memang ìtu meja tambahan yang baru dìpakai kalo salon rame, gara-gara tambahan maka mempunyai letak agak terpìsah darì deretan meja laennya. Selama aku ngerjaìn krìmbat, dìa ngajakìn bercakap-cakap.
“Namanya siapa”.
“ìnes pak”.
“Kok pak sìh manggìlnya, jadì ngrasa dah tua”.
“abìs ìnes mestì manggìl apa? Bang aja deh ya”. Darì Logatnya kayanya dìa orang darì tapìan na ulì.
“Kamu yang palìng muda ya dìsìnì”.
“ìya bang, masì junìor”.
“Tapì asìk kok krìmbat nya”.
“Makasìh bang”.
“Kamu palìng cantìk deh Nes, mana seksì lagì”.
“Ah bìasa ja bang, abang terlalu mujì ìnes neh, jadì malu”.
“Kamu pulangnya jam brapa Nes”. “Kalo salon tutup bang”.
“ìya jam brapa”. “Napa sìh bang nanya-nanya, mo anterìn ìnes pulang”.
“Mau?” Aku cuma tersenyum.
“Jam 6an bang salonnya tutup”.
Selesaì krìmbat, aku dapet tìp yang lumayan besar, belon pernah aku dapet tìp sebesar ìtu.
“Makasì banyak bang, eh abang namanya sapa ya”‘
“Frans”, jawabnya sambìl menìnggalkan salon. gara-gara banyak kerjaan harì ìtu, aku lupa akan obrolanku bang Frans.
Pulangnya, ketìka melaluì resto dìderetan palìng ujung darì sìsì dìmana salon berada, tìba-tiba aku mendengar dìndìng kaca restonya dìketuk-ketuk. Aku menoleh, kulìhat bang Frans senyum sambìl manggìl aku ayunan tangannya. aku masuk ke resto ìtu dan duduk dìseblahnya.
“Nes, mo makan apa neh”.
“wah abang beneran neh mo nganterìn ìnes pulang?’
“Makan dulu lah”.
Aku pesen ja makanan yang aku rasa enak, harga gak kulìhat lagì, pastì dìbayarìn sì abang. Sambìl makan sì abang senyum ngelìatìn aku terus.
“Betul kan, kamu tu cantìk lo Nes”.
“abang neh, gak brentìnya mujì ìnes, cuma pakai baju kumel gìnì ja dìbìlang cantìk”.
“Ya udah, abìs makan aku belììn kamu pakaian ya”.
“Bener bang?” Dìa membuat ganguank.
Pesenanku dateng dan aku mulaì menyantap makanan lahap, enak banget terasa, palagì dìbayarìn. Kalo bayar ndìrì mah mìkìn sejuta kalì makan dìsìtu gara-gara harga makanannya mahal2. Habìs makan, aku dìajaknya ke mal yang mempunyai letak gak jauh darì komplex perkantoran. Aku membìarkan tanganku dìbersama sì abang. Bangga lagì jalan ma lelakì ganteng kaya sì abang, mana dìbersama2 lagì. Kìta masuk ke dept store yang ada dì mal.
“Nes kamu pìlìh deh mo belì pakaian apa”.
“Beneran nìh mo belììn ìnes pakaian, abang baek banget sìh”.
Aku melakukan dugaan pastì ada bakwan dìbalìk udang, tapì egp ja lah, yang pentìng kan dìblanjaìn, lagìan sì abang ganteng banget. Gak rugì deh dìentot ma dìanya. Aku belì jìns, tanktop, trus aku nanya,
“Daleman bole belì bang”.
“Bole bangetz, belì yang seksì-seksi Nes”. Aku belì g strìng dan bra yang tìpìs, kalo ampe dìa ngajakìn maen, aku mo pakai tu lìngerìe.
Selesai blanja, aku digandengnya menuju basement, parkiran.
“Kamu mesti pulang cepet Nes”.
“Mangnya abang mo ajak Ines kemana, Ines kos kok bang, gak da yang nungguin”.
“Ketempatku yuk”.
“Mo ngapain bang”.
“Kita ngobrol santai ja, kamu besok kerja gak”.
“Besok giliran aku off bang”.
Aku masuk ke mobilnya. Dalam perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor ngidul. aku open aja kedianya. Aku crita petualangan sexku dengan lelaki yang sudah bukan abg lagi. Aku bilang sudah sebulan ini aku gak kencan ama lelaki.
“Wah, kalo gitu kamu dah napsu banget dong Nes. Aku kan sudah gak termasuk abg, jadi boleh dong ikut dalam petualangan Ines”.
“Bisa diatur kok bang”. Selama perjalanan, dia mengelus pahaku dari luar jeans ketatku tentunya.
“Ih, si abang, dah napsu sama Ines ya”.
“Kalo napsu sih dari tadi Nes”.
“Kalo dah napsu artinya dah ngaceng ya bang”, kataku sambil mengelus selangkangannya.
“Ih, kayanya besar ya bang, keras lagi”, aku mulai meremas selangkangannya.
“Ines mo liat duluan, buka aja ritsluitingnya”.
Aku segera menurunkan ritsluiting celananya dan tanganku masuk ke dalam cdnya merogoh kontolnya.
“Ih besar banget bang, panjang lagi. Ines belum pernah ngerasain yang sebesar dan sepanjang ini”, kataku sambil mengeluarkan kontolnya.
Segera kukocok2nya batangnya. Lalu aku menunduk dan mengemut kepala kontolny
“Nes, diisep sampe aku ngecret dong”.
“Tempatnya sempit bang, Ines kocok aja yach. non0k Ines jadi basah bang, dah kepingin kemasukan kont0l gede abang”, aku mulai mengocok kontolnya keatas dan kebawah. Dia jadi melenguh kenikmatan.
“Masih jauh bang, tempatnya”.
“Enggak kok Nes, sebentar lagi sampe”, katanya sambil mempercepat lajunya kendaraan. Tak lama kemudian, sampailah kami di satu rumah. Dia belum ngecret dan aku menyudahi seponganku.
“Bang besar banget rumahnya kaya kont0l abang aja besar, punya abang ya”.
“Bukan Nes, punya kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang perlu nginep. Sekarang lagi kosong, jadi kita pake aja yach”.
Kami menuju ke bagian belakang rumah, ada kolam renang disana. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan dan tertutup tembok tinggi sehingga gak mungkin ada yang bisa ngintip.
Aku duduk didipan dipinggir kolam renang, dia duduk disebelahku. Dia memelukku. Dia mencium pipiku sambil jemarinya membelai-belai bagian belakang telingaku. Mataku terpejam menikmati usapan tangannya. Kupandangi wajahnya yang ganteng dengan hidungnya yangmancung. Tak tahan berlama-lama menunggu akhirnya dia mencium bibirku. Dilumatnya mesra. aku menjulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Lama dia mempermainkan lidahku di dalam mulutnya.
Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tidak beraturan. Sesaat ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi dan lagi. Dia membelai pangkal lenganku yang terbuka. Dibukanya telapak tangannya sehingga jempolnya bisa menggapai permukaan dadaku sambil membelai pangkal lenganku. Bibirnya kini turun menyapu leherku seiring telapak tangannya meraup toketku. Aku menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutku di saat lidahnya menjulur menikmati leherku yang jenjang,
“baaang….”. Aku memegang tangannya yang sedang meremas toketku dengan penuh napsu.
Bukan untuk mencegah, aku membiarkan tangannya mengelus dan meremas toketku yang montok
“Nes, aku ingin melihat toketmu”, ujarnya sambil mengusap bagian puncak toketku yang menonjol. Dia menatapku. Aku akhirnya membuka tank top ketatku di depannya. D
ia terkagum-kagum menatap toketkua yang tertutup oleh BH berwarna hitam. Toketku begitu membusung, menantang, dan naik turun seiring dengan desah nafasku yang memburu. Sambil berbaring aku membuka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku melengkung indah. Dia menahan tanganku ketika aku akan menurunkan tali BH-ku dari atas pundakku. Justru dengan keadaan BH-ku yang longgar karena tanpa pengait seperti itu membuat toketku semakin menantang.
“Toketmu bagus, Nes”, dia mencoba mengungkapkan keindahan tubuhku. Perlahan dia menarik turun cup BH-ku. Mataku terpejam.
Perhatiannya terfokus ke pentilku yang berwarna kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar sedang ujungnya begitu runcing dan kaku. Diusapnya pentilku lalu dipilin dengan jemarinya. Aku mendesah. Mulutnya turun ingin mencicipi toketku.
“Egkhh..” rintihku ketika mulutnya melumat pentilku. Dipermainkannya dengan lidah dan giginya. Sekali-sekali digigitnya pentilku lalu diisap kuat-kuat sehingga membuat aku menarik rambutnya.
Puas menikmati toket yang sebelah kiri, dia mencium toketku yang satunya. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan keluar dari mulutku. Sambil menciumi toketku, tangannya turun membelai perutku yang datar, berhenti sejenak di pusarku lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku sebelah dalam terlebih dahulu sebelum dia memutuskan untuk meraba nonokku yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang kukenakan.
Dia secara tiba-tiba menghentikan kegiatannya lalu berdiri di samping dipan. Aku tertegun sejenak memandangnya. Dia masih berdiri sambil memandang tubuhku yang tergolek di dipan, menantang. Kulitku yang tidak terlalu putih membuat matanya tak jemu memandang. Perutku begitu datar. Celana jeans ketat yang kupakai terlihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatku yang sempurna. Puas memandang tubuhku, dia lalu membaringkan tubuhnya disampingku.
Dirapikannya untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leherku. Dibelainya lagi toketku. Dia mencium bibirku sambil memasukkan air liurnya ke dalam mulutku. aku menelannya. Tangannya turun ke bagian perut lalu membuka kancing celana jinsku dan menurunkan ritsluitingnya, kemudian menerobos masuk. Jemarinya mengusap dan membelai selangkanganku yang masih tertutup CDku. jari tengahnya membelai permukaan CDku tepat diatas nonokku, basah. Dia terus mempermainkan jari tengahnya untuk menggelitik bagian yang paling pribadi tubuhku. Pinggulku perlahan bergerak ke kiri, ke kanan dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang kualami.
Dia menyuruhku untuk melepas celana jeans yang kupakai. Aku menurunkan celana jinsku perlahan. CD hitam yang kukenakan begitu mini sehingga jembut keriting yang tumbuh disekitar nonokku hampir sebagian keluar dari pinggir CDku. Dia membantu menarik turun celana jeansku. Aku menaikkan pinggulku ketika dia agak kesusahan menarik celana jeansku. Diapun melepas pakean. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan CD. Kami berpelukan. Aku menyentuh kontolnya dari luar CDnya, lalu kuplorotkan CDnya. Langsung kontolnya yang panjangnya kira-kira 18 cm serta agak gemuk kubelai dan kugenggam.
“Tangan kamu pintar juga ya, Nes,”´ ujarnya sambil memandang tanganku yang mengocok kontolnya.
“Ya, mesti dong!” jawabku sambil cekikikan.
Jari-jarinya masuk dari samping CD langsung menyentuh bukit nonokku yang sudah basah. Telunjuknya membelai-belai itilku sehingga aku keenakan.
“Diisep lagi Nes. Kan sekarang lebih leluasa” katanya. Aku tertawa sambil mencubit kontolnya. Dia meringis. ”
“Nggak muat di mulut Ines, tadi dimobil kan cuma kepalanya yang masuk. Itu juga udah ampir gak muat. gede banget sih kontolnya” selesai berkata demikian aku langsung tertawa kecil.
“Kalau yang dibawah, gimana, muat gak?” tanyanya lagi sambil menusukkan jari tengahnya ke dalam nonokku.
aku merintih sambil memegang tangannya. Jarinya sudah tenggelam ke dalam liang nonokku. Aku merasakan nonokku berdenyut menjepit jarinya. Segera CDku dilepaskannya. Perlahan tangannya menangkap toketku dan meremasnya kuat. Aku yang sekarang meringis.
Kuusap lembut kontolnya yang sudah keras banget. Aku begitu kreatif mengocok kontolnya sehingga dia merasa keenakan. Dia tidak hanya tinggal diam, tangannya membelai-belai toketku yang montok. Dipermainkannya pentilku dengan jemarinya, sementara tangannya yang satunya mulai meraba jembut lebat di sekitar nonokku. Dirabanya permukaan nonokku. Jari tengahnya mempermainkan itilku yang sudah mengeras. kontolnya kini sudah siap tempur dalam genggamanku, sementara nonokku juga sudah mulai mengeluarkan cairan kental karena diobok-obok .
Dia memeluk tubuhku sehingga kontolnya menyentuh pusarku. Dia membelai punggungku lalu turun meraba pantatku yang montok. Aku membalas pelukannya dengan melingkarkan tanganku di pundaknya. Dia meraih pantatku, diremasnya dengan sedikit agak kasar lalu dia menaiki tubuhku. Kakiku dengan sendirinya mengangkang. Dia menciumi lagi leherku yang jenjang lalu turun melumat toketku. Dia terus membelai dan meremas setiap lekuk dan tonjolan pada tubuhku.
Dia melebarkan kedua pahaku sambil mengarahkan kontolnya ke bibir nonokku. Aku mengerang lirih. Mataku perlahan terpejam. Aku menggigit bibir bawahku untuk menahan laju birahiku yang semakin kuat. Dia menatapku, matanya penuh nafsu.
“Aku ingin mengent0ti kamu, Nes” bisiknya pelan, sementara kepala kontolnya masih menempel di belahan nonokku.
Kata ini ternyata membuat wajahku memerah. Aku menatapnya sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan mataku. Dia berkonsentrasi penuh dengan menuntun kontolnya yang perlahan menyusup ke dalam nonokku. Terasa seret, memang, nikmat banget rasanya. Perlahan namun pasti kontolnya membelah nonokku yang ternyata begitu kencang menjepit kontolnya. nonokku begitu licin hingga agak memudahkan kontolnya untuk menyusup lebih ke dalam. Aku memeluk erat tubuhnya sambil membenamkan kuku-kukuku di punggungnya hingga dia agak kesakitan. Namun aku tak peduli.
“Baang, gede banget, ohh..” aku menjerit lirih. Tanganku turun menangkap kont0lku.
“Pelan bang”. Akhirnya kontolnya terbenam juga di dalam nonokku.
Dia berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding nonokku. Denyutan itu begitu kuat sampai-sampai dia memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Dia melumat bibirku sambil perlahan-lahan menarik kontolnya untuk selanjutnya dibenamkan lagi. Dia menyuruhku membuka kelopak mataku. Aku menurut. Dia sangat senang melihat mataku yang semakin sayu menikmati kontolnya yang keluar masuk nonokku.
“Aku suka non0kmu, Nes..non0kmu masih rapet” ujarnya sambil merintih keenakan.
“Kamu enak kan, Nes?” tanyanya, lalu kujawab dengan anggukan kecil.
Dia menyuruhku untuk menggoyangkan pinggulku. Aku langsung mengimbangi gerakannya yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangku.
“Suka kont0lku, Nes?” tanyanya lagi. Aku hanya tersenyum sambil meremas2 kontolnya dengan jepitan nonokku.
“Ohh.. hh..” dia menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat.
Dia mencoba mengangkat dadanya, membuat jarak dengan dadaku dengan bertumpu pada kedua tangannya. Dengan demikian dia semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan kontolnya ke dalam nonokku. Kuperhatikan kontolnya yang keluar masuk dalam nonokku. Aku semakin melebarkan kedua pahaku sementara tanganku melingkar erat dipinggangnya. Gerakan naik turunnya semakin cepat mengimbangi goyangan pinggulku yang semakin tidak terkendali.
“Nes.. enak banget, kamu pintar deh.” ucapnya keenakan.
“Ines juga, bang”, jawabku. Aku merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan
Berulang kali aku mengeluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Aku merasakan nonokku semakin berdenyut sebagai pertanda aku akan mencapai puncak pendakianku. Dia juga merasakan hal yang sama denganku, namun dia mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam lalu bernafas pelan-pelan untuk menurunkan daya rangsangan yang dialaminya
Sepertinya dia tidak ingin segera menyudahi permainan ini hanya dengan satu posisi saja. Dia mempercepat goyangan kontolnya ketika dia menyadari aku hampir nyampe. Diremasnya toketku kuat seraya mulutnya menghisap dan menggigit pentilku. Dihisapnya dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang.
Dia membenamkan kontolnya kuat-kuat ke nonokku sampai mentok agar aku mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhku melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhku kejang. Kepalanya kutarik kuat terbenam diantara toketku. Pada saat tubuhku menyentak-nyentak dia tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
“Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya.
Aku yang masih merasakan orgasmeku mengunci pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di pinggangnya. Saat itu juga dia memuntahkan peju hangat dan kentel dari kontolnya. Kurasakan tubuhku bagai melayang. secara spontan aku menarik pantatnya kuat ke tubuhku. Mulutnya yang berada di belahan dadaku menghisap kuat hingga meninggalkan bekas merah pada kulitku. Dia mencengkram toketku. Diraupnya semuanya sampai-sampai aku kesakitan. Dia tak peduli lagi.
Dia juga merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggulku pada saat dia mengalami orgasme. Tubuhnya akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuhku. kontolnya masih berada di dalam nonok ku. aku mengusap-usap permukaan punggungnya.
“Ines puas sekali dientot abang”, kataku. Dia kemudian mencabut kontolnya dari nonokku.
Aku masuk kembali ke rumah, langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan shower . Aku membersihkan badanku yang basah karena keringat habis digeluti bang Frans tadi. Setelah aku selesai, ganti dia yang masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya. Ketika dia keluar dari kamar mandi, aku berbaring diranjang telanjang bulat.
“Nes, kamu kok mau aku ajak ngent0t”, katanya.
“Kan Ines dah lama gak ngerasain nikmatnya kont0l bang, mana kont0l abang besar lagi”, jawabku tersenyum.
“Malem ini kita men lagi ya bang”.
“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya, biar ada tenaga bertempur lagi nanti malem”, katanya sambil berpakaian.
Aku pun mengenakan pakaiannya dan kita pergi mencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kita selain makan santai2 di pub dulu.
Di kamar kita langsung melepas pakaian masing2 dan bergumul diranjang. Aku menggenggam kontolnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Dia meringis menahan remasan lembut tanganku pada kontolnya. Tanganku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala kontolnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari lubang diujungnya. Kembali dia melenguh merasakan ngilu nikmat akibat usapanku. Kocokanku semakin cepat.
Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku. Aku menggenggam kontolnya dengan erat. Pentilku dipilin2nya. Aku masukan kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Dia terus menggerayangi toketku, dan mulai menciumi toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Lidahnya menyentuh nonokku dengan lembut. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidahnya di nonokku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajahnya ke dalam nonokku. kontolnya kemudian kukempit dengan toketku dan kugerakkan maju mundur, sebentar. Dia menciumi bibir nonokku, mencoba membukanya dengan lidahnya. Tangannya mengelus pahaku bagian dalam.
Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat. Dia menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. kontolnya ditempelkannya pada bibir nonokku. Digesek-gesekkannya, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. nonokku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin lancar karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Dia sengaja melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolnya menggesek-gesek itilku yang juga sudah menegang.
“Baang.?” panggilku menghiba.
“Apa Nes”, jawabnya sambil tersenyum melihat aku tersiksa.
“Cepetan..” jawabku. Dia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kont0l.
Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
“Ines sudah pengen dientot bang”, kataku. Aku melenguh merasakan desakan kontolnya yang besar itu.
Aku menunggu cukup lama gerakan kontolnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kontolnya juga panjang. Aku sampai menahan nafas saat kontolnya terasa mentok di dalam, seluruh kontolnya amblas di dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam nonokku membuat kontolnya keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan.
Naik turun mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakannya sudah tidak beraturan karena yang penting enjotannya mencapai bagian-bagian peka di nonokku. Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kontolnya menjejali penuh seluruh nonokku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontolnya sangat terasa di seluruh dinding nonokku. Aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini. aku mengakui keperkasaan dan kelihaiannya di atas ranjang. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga ngent0t dengannya.Baca Juga :
Dia bergerak semakin cepat. kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitiveku. Aku meregang tak kuasa menahan napsu, sementara dia dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras. Melihat reaksiku, dia mempercepat gerakannya. kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih tubuhnya dan kudekap. Kuirengkuh seluruh tubuhnya sehingga dia menindih tubuhku dengan erat. Aku membenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai pantatnya dan menekannya kuat-kuat. Aku meregang. Tubuhku mengejang-ngejang.
“baang..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
Aku mendorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut kontolnya yang masih tegak itu. Lidahku menjilati, mulutku mengemut. Tanganku mengocok-ngocok kontolnya. Belum sempat dia mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. nonokku berada persis di atas kontolnya.
“Akh!” pekikku tertahan ketika kontolnya kubimbing memasuki nonokku.
Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Pinggulku bergerak turun naik.
“Ouugghh. Nes.., luar biasa!” jeritnya merasakan hebatnya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya mencengkeram kedua toketku, diremas dan dipilin-pilin. Dia lalu bangkit setengah duduk.
Wajahnya dibenamkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Dihisapnya kuat-kuat sambil diremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk dengan pinggulku. Dia menggoyangkan pantatnya.
Tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pingguku yang tak kalah cepatnya. Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Dia merasa pejunya udah mau nyembur. Dia semakin bersemangat memacu pinggulnya untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku terus memacu.
sambil menjerit-jerit histeris. Dia mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentak liar. Akhirnya, pejunya nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri nonokku. Aku pun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengannya. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. “Baaang., nikmaat!” jeritku tak tertahankan. Aku lemes, demikian pula dia. Tenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 1 jam! Akhirnya kami tertidur kelelahan.