Cerita Seks Terkini Pelet Kenikmatan Si Rahmat – Pada hari pertama ia bertugas, banyak sekali kesan yang dapat di terimanya dari para bawahannya di kantor. Arum pulang pergi ke kantor selalu menumpang bendi (d
elman) yang dimiliki oleh tetangganya yang bernama Rahmat, kebetulan Rahmat telah kenal baik dengan Mak Minah pemilik rumah yang ditempati Arum.
Cerita Seks Terkini Pelet Kenikmatan Si Rahmat
– Rahmat seorang duda yang berumur kurang lebih 45 tahun, cerai dan tidak memiliki anak. Jarak rumah Rahmat dan Arum memang jauh sebab di desa itu antara rumah dibatasi oleh kebun kelapa. Karena terlalu sering mengantar jemput Arum, maka secara lambat laun ada perasaan suka Rahmat terhadap Arum namun segala keinginan itu di buang jauh-jauh oleh Rahmat karena ia tahu Arum telah mempunyai suami dan setiap minggu suami Arum selalu datang, tingkah suami istri itu selalu membuat Rahmat tidak enak hati, namun ia harus pasrah bagaimanapun sebagai suami istri layaklah mereka berkumpul dan bermesraan untuk mengisi saat kebersamaan.
Rahmat setiap hari selalu melihat sosok keelokan tubuh Arum tapi bagaimana caranya menaklukannya, sedang birahinya selalu minta dituntaskan saat bersama Arum diatas bendinya. Kemudian timbullah pikiran licik Rahmat dengan meminta pertolongan seorang dukun, ia berkeinginan agar Arum mau dengannya. Atas bantuan dukun itu, Rahmat merasa puas dan mulailah ia mencoba pelet pemberian dukunnya.
Siang saat Arum menumpang bendi, Rahmat melihat paha Arum yang putih mulus itu, kejadian itu membuat birahi Rahmat naik dan kejantanannya berdiri saat itu ia mengenakan celana katun yang longgar sehingga kejantanannya yang menonjol terlihat oleh Arum, Rahmat malu dan berusaha membuang muka, sedang Arum merasa tidak enak hati dan menutupkan pahanya, wajahnya bersemu merah ia merasakan bahwa batang kemaluan Rahmat itu memang besar dan panjang tidak seperti milik suaminya.
Dia tahu pasti kalau bercinta dengan Rahmat akan dapat memberikan anak baginya serta kepuasan yang jauh berbeda saat bercinta dengan suaminya, memang saat akhir-akhir ini frekwensi hubungan seks dengan suaminya agak berkurang dan suaminya cepat selesai, telah 2 tahun menikah belum ada tanda-tanda ia hamil ini semakin membuat ia uring-uringan dan kepuasan yang dia harapkan dari suaminya tidak dapat Arum nikmati.
Sedang kalau ia melihat sosok Rahmat tidaklah sebanding dengannya karena status sosial dan intelektualnya jauh dibawah suaminya ditambah face-nya yang tidak masuk katagorinya di tambah lagi kehidupan Rahmat yang bergelimang dengan kuda kadang membuatnya jijik, namun semua itu dibiarkannya karena Arum butuh bantuan Rahmat mengantar jemput, ditambah Rahmat memang baik terhadapnya.
Kalau dilihat sosok Arum, ia seorang wanita karier berusia 27 tahun dan ia telah bekerja di bank itu kurang lebih 4 tahun, ia menikah dengan Beni, belun dikaruniai anak, tingginya 161 cm, rambut sebahu dicat agak pirang, kulit putih bersih dan memiliki dada 34B sehingga membuat para lelaki ingin dekat dengannya dan menjamah payudaranya yang montok dan seksi.
Dengan berbekal pelet yang diberikan gurunya, Rahmat mendatangi rumah Arum. Malam itu gerimis dan Rahmat mengetuk pintu rumah Arum. Kebetulan yang membukakan pintu adalah Arum yang saat itu sedang membaca majalah.
“Eee.. Bang Rahmat tumben ada apa Bang?” tanya Arum.
“Ooo.. saya ingin nonton acara bola sebab saya tidak punya televisi apa boleh Bu Arum?” jawab Rahmat.
“Ooo.. boleh.. masuklah.. Bang.. langsung aja ke ruang tengah, televisi disitu..” Arum menerangkan sambil ia menutup pintu. Diluar hujan mulai lebat.
“Sebentar ya Bang?” Arum ke belakang, membuatkan minum untuk Rahmat. Rahmat duduk diruangan itu sambil melihat televisi.
Tidak berapa lama Arum keluar membawa nampan berisi segelas air dan makanan kecil, sambil jongkok ia menyilakan Rahmat minum. Saat itu Rahmat sempat terlihat belahan dada Arum yang mulus sehingga Rahmat berdesir dadanya karena kemulusan kulit dada Arum.
Sambil minum Rahmat menanyakan, “Mak Minah mana Bu, kok sepi aja?”
“Ooo Mak Minah sudah tidur,” jawab Arum.
“Bagaimana kabarnya Bang?” Arum membuka pembicaraan.
“Baik-baik saja,” jawab Rahmat sambil melafalkan mantera peletnya.
Sambil menonton Rahmat berulang-ulang mencoba manteranya, saat itu Arum sedang asyik membaca majalah. Merasa manteranya telah mengenai sasaran, Rahmat berusaha mengajak Arum bicara tentang rumah tangga Arum dan suaminya, diselingi ngomong jorok untuk membuat Arum terangsang.
“Bu, sudah berapa lama Ibu kawin dan kenapa belum hamil?” tanya Rahmat.
“Lho malu saya Bang, soalnya suami saya sibuk dan saya juga sibuk bekerja bagaimana kami mau berhubungan dan suami saya selalu egois dalam bercinta.” jawab Arum menjelaskan.
“Oh begitu? bagaimana kalau suami ibu jarang datang dan ibu butuh keintiman?” tanya Rahmat.
“Jangan ngomong itu dong Bang, saya malu masa rahasia kamar mau saya omongin ama Abang?” jawab Arum.
“Bu Arum, saya tau Ibu pasti kesepian dan butuh kehangatan lebih-lebih saat hujan dan dingin saat ini apa Ibu nggak mau mencobanya?” Rahmat berkata dengan nada terangsang.
“Haa.. dengan siapa?” jawab Arum, “Sedang Beni suamiku di kota,” timpalnya.
“Dengan saya..” jawab Rahmat.
“Haa gila! masa saya selingkuh?” Arum menerangkan sambil mengeser duduknya. Rahmat merasa yakin Arum tidak menolak jika ia memegang tangannya.
“Jangan lah Bang, nanti dilihat Mak Minah.” Arum mengeser duduknya.
“Oooh.. Mak Minah udah tidur tapi..?” jawab Rahmat memegang tangan Arum dan mencoba memeluk tubuh mulus itu.
Sambil mencoba melepaskan diri dari Rahmat Arum beranjak ke kamar, ia memang berusaha menolak namun pengaruh dari pelet Rahmat tadi telah mengundang birahinya. Ia biarkan Rahmat ikut ke kamarnya.
Saat berada di kamar, Arum hanya duduk di pingir ranjangnya dan Rahmat berusaha membangkitkan nafsu Arum dengan meraba dada dan menciumi bibir Arum dengan rakus sebagaimana ia telah lama tidak merasakan kehangatan tubuh wanita. Rahmat berusaha meremas dada Arum dan membuka blous tidur itu dengan tergesa-gesa, ia tidak sabar ingin menuntaskan birahinya selama ini.
Sementara mulutnya tidak puas-puasnya terus menjelajahi leher jenjang Arum turun ke dada yang masih ditutupi BH pink itu. Sementara Arum hanya pasrah terhadap perbuatan Rahmat, ia hanya menikmati saat birahinya ingin dituntaskan.
Kemudian tangan Rahmat membuka tali pengikat BH itu dari belakang dan terlihatlah sepasang gunung kembar mulus yang putingnya telah memerah karena remasan tangan Rahmat. Dengan mulutnya, Rahmat menjilat dan mengigit puting susu itu sementara tangan Rahmat berusaha membuka CD Arum dan mengorek isi goa terlarang itu.
Rahmatpun telah telanjang bulat lalu ia meminta Arum untuk mengulum batang kemaluannya, Arum menolak karena kontol Rahmat panjang, besar dan baunya membuat Arum jijik. Dengan paksa Rahmat memasukan kontolnya ke mulut Arum dengan terpaksa kontol itu masuk dan Arum menjilatnya sambil memainkan lidah di ujung meriam Rahmat.
Rahmatpun tidak ketinggalan dengan caranya ia memainkan lidahnya di memek Arum, lebih-lebih saat ia menemukan daging kecil di belahan memek itu dan dijilatinya dengan telaten sampai akhirnaya setelah berualng-ulang Arum klimaks dan menyemburkan air maninya ke mulut Rahmat.Saat lebih kurang 20 menit Rahmatpun memuncratkan maninya ke mulut Arum dan sempat tertelan oleh Arum.
Kemudian Rahmat mengganti posisi berhadap-hadapan, Arum ditelentangkannya di ranjang dan di pinggulnya diletakkan bantal lalu ia buka paha Arum dengan menekuk tungkai Arum ke bahunya. Sambil tangannya merangsang Arum kedua kalinya Rahmatpun meremas payudara Arum dan mengorek isi memek Arum yang telah memerah itu, lalu Arum kembali dapat dinaikkan nafsunya sehingga mudah untuk melakukan penetrasi.
Bagi Rahmat inilah saat-saat yang di tunggu-tunggunya, paha yang telah terbuka itu ia masukkan kontolnya dengan hati-hati takut akan menyakiti memek Arum yang kecil itu. Berulang kali ia gagal dan setelah sedikit dipaksakan akhirnya kontolnya dapat masuk dengan pelan dan ini sempat membuat Arum kesakitan.
“Ouu.. jangan keras-keras Bang, ntar berdarah,” kata Arum.
“Sebentar ya.. Yen sedikit lagi,” kata Rahmat sambil mendorong masuk kontolnya ke dalam memek sempit itu.
Dengan kesakitan Arum hanya membiarkan aksi Rahmat itu dan mulutnya telah disumbat oleh bibir Rahmat supaya Arum tidak kesakitan.
“Ooouu.. ahh.. ahh.. aahh..” hanya itu yang terdengar dari mulut Arum dan itu berlangsung lebih kurang 17 menit dan akhirnya Rahmat menyemburkan air kenikmatannya dalam memek Arum sebanyak-banyaknya dan ia lalu rebah di samping Arum hingga pagi.
Permainan mesum itu berlangsung tiga kali dan membuat Arum serasa dilolosi tulang benulang hingga ia merasa harus libur ke kantor karena ia tidak kuat dan energinya terkuras oleh Rahmat malam itu.
Sejak kejadian itu hampir setiap kesempatan mereka selalu melakukan hubungan gelap itu, karena Arum telah berada dibawah pengaruh pelet Rahmat dan saat suaminya datang Arum pandai mengatur jadwal kencannya sehingga tidak membuat curiga suami dan masyarakat di desa itu, mereka kadang-kadang melakukan hubungan seks di gubuk Rahmat yang memang agak jauh dari rumah penduduk lainnya.
Arumpun rajin menggunakan pil KB karena ia juga takut hamil karena hubungan gelapnya itu dan suatu hari ia terlupa dan ia positif hamil, ia amat gusar dan karena pintarnya Arum memasang jadwal dengan suaminya maka suaminya amat suka cita dan padahal Rahmat tahu benih itu adalah anaknya karena hampir tiap ada kesempatan ia melakukanya dengan Arum sedang dengan suaminya Arum hanya sekali 20 hari dan tidak rutin.
Akhirnya anak Arum lahir di kota karena saat akhir kehamilannya, Arum pindah ke kota sesuai permintaan suaminya, tidak ada kemiripan anaknya denagn Beni yang ada hanya mirip Rahmat.
Sejak Arum berada di kota, secara sembunyi-sembunyi Rahmat menyempatkan diri untuk berkencan dengan Arum karena Arum sudah tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh pelet Rahmat. ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,