cerita birahi – Tersebutlah sebuah desa didaerah Gunung Kaler yang masih sangat asri, dengan penduduknya yang juga masih memegang teguh adat istiadat, dari nenek moyangnya. Hari itu disebuah bangunan rumah yang terbilang paling mewah dan megah, yang dihuni oleh seorang pengusaha batik bersama istrinya yang masih sangat muda dan cantik.
Sapto Kusumo yang biasa disebut oleh penduduk kampung dengan sebutan Juragan Sapto itu, adalah seorang laki
laki paruh baya yang sangat terpandang di desa tersebut. Juragan Sapto yang doyan wadon itu sangat menyukai keindahan, terutama keindahan tubuh wanita, yang tidak perduli perawan, janda ataupun masih berstatus istri orang.
Berbeda dengan istrinya Den Ayu Retno, yang sangat arif dan bijak terhadap siapa saja, termasuk para pegawai dipabrik Batik milik suaminya. Wanita yang berbeda usia sangat jauh dengan suaminya itu, dengan kecantikkan
parasnya dan dengan bentuk tubuhnya yang sintal dan sangat seksi.
Penduduk didesa itu begitu segan dengan Juragan Batik itu, disamping memiliki beberapa centeng yang selalu mengawal dan menjaganya siang dan malam, semakin membuat ciut nyali para penduduk didesa tersebut. Perangai buruk Juragan Sapto yang doyan perempuan itu, sangat bertolak belakang dengan perangai istrinya. Walaupun tahu kebiasaan suaminya yang doyan main perempuan,
tetapi Den Ayu Retno tetap setia dan tidak mempermasalahkannya.
Hingga pada suatu hari ketika sedang berkeliling pabrik batiknya Juragan Sapto, dengan matanya yang selalu jelalatan itu, kemudian tanpa sengaja melihat seorang pegawai wanitanya yang baru dilihatnya. Pak Kusno Sekretarisnya yang berdiri disampingnya lalu ditanyai tentang wanita tersebut, lalu dijelaskan oleh Pak Kusno bahwa wanita tersebut baru diterimanya bekerja satu minggu
yang lalu.
Juragan Sapto yang mata keranjang itu kontan saja tertarik dengan pegawai baru di pabriknya itu, wanita yang berwajah manis dengan bentuk tubuhnya yang sintal, dengan buah dadanya yang montok menggelayut didadanya, serta bentuk pantatnya yang semi demplon itu, semakin membuat Juragan Sapto kian tertarik. Sejak hari itu Juragan Sapto mulai memasang target untuk bisa mencicipi keseksian tubuh pegawainya tersebut.
Mulailah Juragan Sapto memasang jerat jerat perangkapnya terhadap wanita tersebut, dengan mulai mencari tahu dimana wanita itu tinggal dan lain sebagainya. Rustinah nama wanita itu dan ia adalah istrinya karyo yang berprofesi seorang kuli cangkul harian pada seorang petani bawang, dan Rustinah yang ingin membantu ekonomi keluarganya sengaja melamar menjadi buruh dipabrik batik Juragan Sapto.
Pada suatu hari Juragan Sapto meminta pak kusno sekretarisnya itu untuk memanggil Rustinah kekantornya, dan Rustinah segera memenuhi panggilan bosnya itu, dan kaget karena didalam kantor ada Juragan Sapto. Lalu dengan kakunya menundukan kepalanya memberi hormat kepada Juragan Sapto, Juragan Sapto sempat melihat belahan buah dada Rustinah, yang menggelayut ketika Rustinah tadi membungkuk memberi hormat kepadanya.
Juragan Sapto kemudian menghampiri Rustinah, dan mengatakan bahwa malam ini Rustinah harus kerja lembur khusus, diruangannya Juragan Sapto, sebagai pegawai baru harus mau kerja lembur katanya. Rustinah tidak berani menolak dan mengiyakan semua perkataan Juragan Sapto. Sorenya Rustinah menitip pesan kepada teman yang masih tetangganya, untuk menyampaikan kepada suaminya bahwa ia diharuskan kerja lembur malam ini, dan pulang agak larut malam.
Dan setelah semua pegawai pulang Rustinah masuk kekantor, menemui Juragan Sapto yang ternyata sudah menunggunya sedari tadi, dengan berpura pura memberikan petunjuk mengenai pekerjaannya, Juragan Sapto berdiri dibelakang Rustinah yang sedang mengerjakan pola pola batiknya, dan Rustinah hanya diam dan sesekali mengiyakan semua kata kata bosnya itu.
Mulai tangan Juragan Sapto memegang pundak Rustinah, dan Rustinah hanya diam saja, kemudian Juragan Sapto semakin berani dengan merapatkan tubuhnya, k e tubuh Rustinah dan mulai menekan batang kontolnya, yang sudah tegang itu kebelahan pantat Rustinah yang padat, dan masih terlapisi kain jariknya. Tangan Juragan Sapto semakin berani dengan mulai memeluk pinggang Rustinah, dan Rustinah hanya diam tidak berani menolak apalagi melawan bosnya itu.
“…Rustinah kamu ayu banget…!” bisik Juragan Sapto ditelingannya.
Dan kemudian Juragan Sapto mulai mencium, dan menjilati leher jenjang Rustinah dengan perlahan, dan dengan tangannya yang mulai meremas remas buah dada Rustinah seraya membuka satu persatu kancing bajunya. Juragan Sapto yang sudah tidak tahan kemudian menyingkap kain jarik Rustinah dan kemudian menurunkan celana dalamnya, dan kemudian menekan tubuh Rustinah telungkup diatas meja, lalu dengan kasar Juragan Sapto mulai mengarahkan batang kontolnya kearah vagina Rustinah. Lalu dengan sekali sodokan masuklah seluruh batang ****** Juragan Sapto kedalam liang vagina Rustinah, dan kemudian dengan kasar mulai menggenjotnya. Rustinah hanya bisa menangis diperlakukan seperti itu oleh Juragan Sapto.
“…ah…oh…aahh…oohh…ssshhhsss…legit tenan tempikmu nduk…!” Juragan Sapto meracau.
Dan tidak lama berselang kemudian Juragan Sapto yang nafsu
besar tenaga kurang, segera mencapai klimaksnya…”…aaahh…crot…cro…cro…!”
“…poko’e mulai saiki kowe kudu gelem ngelayani aku yo nduk…!?” setelah Juragan Sapto menyelesaikan hajat nafsunya ditubuh Rustinah.
Rustinah yang baru kali ini dilemburi bosnya, kemudian diberi sejumlah uang oleh Juragan Sapto, dan disuruhnya segera pulang kerumahnya. Dengan hati hancur dan terhina Rustinah kemudian pulang kerumahnya, dengan langkahnya yang gontai dan lemas Rustinah terus berjalan menyusuri jalan desa yang sepi itu.
Kemalangan mulai kembali mengintai Rustinah, ketika melewati sebuah warung kopi, beberapa pasang mata mengawasinya dengan tatapan penuh nafsu birahi. Melihat keindahan lekuk tubuh Rustinah yang lumayan seksi itu, Lima orang lelaki yang tidak lain adalah para centengnya Juragan Sapto, yang sudah menunggunya diwarung itu.
Tidak lama kemudian Rustinah dihadang oleh dua orang yang berbadan besar, Lalu dengan kasar membekap mulut Rustinah dan kemudian membopongnya kedalam warung, dan merebahkan tubuh Rustinah keatas dipan bambu, lalu dengan golok ditangannya mengancam Rutinah yang sudah ketakutan.
“…ne’ wani njerit tak pateni kowe…!” ancamnya.
Kemudian dengan kasar lalu Centeng Juragan Sapto itu menindih tubuh Rustinah dan menggumulinya, membuka baju Rustinah dengan kasar serta menarik putus kutangnya, lalu dengan nafsunya mulai mencaplok buah dada Rustinah dengan rakus. Rustinah hanya menangis tanpa bisa melawan, dan kemudian kain batiknya sudah disingkap hingga ke pahanya, dan meremas remas paha Rustinah dengan kasar.
Rustinah terbelalak matanya ketika dengan kasar, lelaki itu sudah menghujamkan batang kontolnya yang lumayan besar itu keliang vaginanya, dan kemudian menggenjotnya dengan kasar dan tidak berperasaan. Genjotan dan sodokkan ****** centeng Juragan Sapto itu terus dihujamkan diliang vagina Rustinah, hingga sampai pada klimaksnya lelaki itupun menumpahkan benihnya dirahim Rustinah.
“…aaaahhh…crot…crot…crot…!…sueger tenan tempikmu nduk…!” lelaki itu disela puncratan spermanya.
Begitulah hingga kelima orang lelaki itu kebagian gilirannya menikmati tubuh Rustinah, dan Rustinah yang tidak kuasa menahan kepedihannya pun jatuh pingsan. Kemudian kelima lelaki itu membawa tubuh Rustinah yang pingsan, dan meletakkanya begitu saja di pinggiran sawah.
Tubuh Rustinah ditemukan oleh orang pada pagi harinya, dan kemudian mengantarkan Rustinah pulang kerumahnya.
Hancur hati Karyo mendapati istrinya yang sudah menjadi korban dari kebiadaban para penjahat kelamin, dan begitu sangat terpukul menerima kenyataan yang telah menimpa istrinya.
Setelah kejadian yang menimpa Rustinah penduduk kampung itu mulai resah, dan khawatir terhadap keluarga mereka yang juga bekerja, sebagai buruh diperusahaan batik Juragan Sapto itu. Karyo yang istrinya sudah menjadi korban kesewenang wenangan Juragan Sapto dan para
centengnya, mulai merencanakan pembalasan atas perbuatan, Juragan Sapto dan para centengnya yang juga telah dengan keji memperkosa istrinya.
Mulailah karyo suami Rustinah itu menggerakkan penduduk kampung, untuk meruntuhkan kekuasaan Juragan Sapto dan semua antek anteknya. Kemarahan penduduk kampung sudah tidak dapat dibendung lagi, dan dengan berbondong bondong dan dengan membawa berbagai macam senjata mulai dari golok, parang, clurit,
arit, bahkan cangkulpun mereka bawa.
Penduduk kampung yang sudah tidak terkandali itu, sesampainya di rumah Juragan Sapto langsung merangseka masuk, dan para centeng yang mencoba mencegahpun dikeroyok, dan dihakimi oleh seluruh penduduk kampung. Pabrik batik Juragan Sapto yang berada di belakang bangunan rumahnya pun mulai di acak acak dan di hancurkan, begitun para centeng yang menjaga pabrikpun dihakimi beramai ramai.
Karyo bersama penduduk yang menyerang ke rumah Juragan Sapto, mulai menghancurkan kaca kaca rumahnya dan mulai banyak yang menjarah perabotan yang ada dirumah Juragan Sapto. Karyo bersama beberapa pemuda kampung mendobrak pintu kamar Juragan Sapto, dan didapati Juragan Sapto sedang ingin bersetubuh dengan istrinya.
Kemudian penduduk kampung menyeret Juragan Sapto, dan menghakiminya beramai ramai lalu kemudian mengikatnya diatas kursi. Karyo yang sudah sangat dendam terhadap Juragan Sapto, kemudian memukulinya hingga babak belur, lalu menghampiri istri sedang ketakutan diatas ranjang. Karyo pun rupanya ingin Juragan Sapto merasakan, betapa hancurnya perasaan seorang suami yang istrinya diperkosa orang, dan karyo saat ini ingin memperkosa istri Juragan Sapto didepan matanya.
Didalam kamar yang sudah dikunci pintunya, dan dijaga oleh beberapa pemuda teman temannya, Karyo kemudian menarik tubuh istri Juragan Sapto ketengah ranjang, kemudian dengan kasar mulai menggumuli tubuhnya yang semok, dengan disaksikan dua belas orang teman temen karyo.
Dengan tidak memperdulikan jeritan jeritan Den Ayu Retno istri Juragan Sapto itu, dari melumat bibirnya yang tipis, sampai dengan menelusuri leher jenjangnya, lalu kemudian menurunkan ikatan kain kembennya dibagian dadanya, dan melahap dengan rakus buah dada montok istri Juragan Sapto itu. Dan semua itu disaksikan oleh Juragan Sapto, yang sebelum diserbu warga kampung tadi, sudah berniat ingin bercinta dengan istrinya yang cantik itu.
Sekarang terbalik dia yang harus menyaksikan istrinya, yang mulai digumuli oleh Karyo diatas ranjangnya, Juragan Sapto hanya diam menunduk tidak bisa mencegah dan menolong istrinya yang menjerit histeris diperkosa karyo.
“…toloong…jangan perkosa saya…jangaaann…aahhh…!” jerit Den Ayu Retno.
Karyo terus memperkosanya hingga kemudian dengan kasarnya, karyo menghujamkan batang kontolnya yang besar, keliang vagina Den Ayu Retno. Karyo menggenjot dengan kasar dan sadis, teman temannya yang juga menyaksikan, mulai terhanyut dan terangsang dengan apa yang karyo, perbuat terhadap tubuh mulus dan seksi Den Ayu Retno istri Juragan Sapto itu.
Setelah dengan memepercepat genjotannya diliang vagina Den Ayu Retno, akhirnya karyo menuntaskannya dengan semburan spermanya diliang rahimnya.
“…aaahhh…liat ini sapto…crot…crot…crot…!”
dengan geram sambil melototi Juragan Sapto yang mulai menangis.
Kemudian serentak disusul semua teman teman karyo yang berebut untuk memperkosa istri Juragan Sapto itu, bagaimana tidak tergiur dengan tubuh mulus, dan semoknya Den Ayu Retno istri Juragan Sapto itu. Karyo pun meninggalkan kamar Juragan Sapto dan membiarkan kedua belas teman temannya saling berebut tubuh semok istri Juragan Sapto.
Tragis memang akhirnya Den Ayu Retno menjadi tumbal, dari semua perbuatan suaminya yang gragas, dan sering memperkosa perempuan itu. Juragan Sapto pun akhirnya mati dibakar massa dan Den Ayu Retno istrinya yang telah diperkosa oleh semua pemuda dari kampung itupun, akhirnya mati mengenaskan dengan bermandikan sperma dari semua pemuda kampung itu.
Nah demikianlah cerita birahi sering digagahi juragan suami kali ini, semoga cerita ini bisa semakin meningkatkan birahi pembaca,,,,,,,,,,,,,,,,