Cerita Dewasa Diperkosa di Sebuah Bar – Bar itu terletak di sudut kota, bagian paling gelap dari Jakarta. Bar itu bisa buka mulai dari pagi hingga pagi lagi, tanpa pernah kelihatan tutup. Hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki pemabuk, preman, pembuat onar. Wanita, sangat jarang, atau bisa dikatakan tidak pernah datang atau mengenali tempat itu. Mulai dari pukul 12 siang, sejumlah preman sudah mulai minum-minum, membuat pengunjung yang peminum biasa cepat-cepat pergi meninggalkan bar itu. Empat dari mereka bermain bola sodok dan yang lima lainnya sedang berbicara dengan Rony. Sekitar pukul tujuh malam seorang sosok wanita masuk. Ia sama sekali tidak cocok dengan tempat itu.
Selly, wanita itu, sudah dijanjikan akan dijemput oleh pacarnya sekitar pukul tujuh, dan pacarnya mengatakan agar ia berpakaian seksi dan sensual. Bagi Selly sendiri, itu bukan masalah. Ia menghabiskan sepanjang sore berbelanja dan berdandan. Ia kemudian mengenakan gaun malam hitam. Bagian dadanya lumayan rendah membuat belahan dadanya terlihat, tapi tidak terlalu banyak. Buah dada Selly tidak besar, tapi padat dan bulat, dan tetap mengacung walaupun ia tidak mengenakan BH sekalipun. Pantatnya juga terlihat bulat di tutupi oleh gaun malam itu. Selly terlihat tinggi karena di kakinya ia memakai sepatu dengan hak setinggi sepuluh senti. Panjang gaun malam itu hanya sampai sepuluh senti di atas lutut Selly, membuat kaki Selly yang panjang terlihat jelas, halus, putih mulus. Karena ketatnya gaun yang ia pakai, Selly harus berjalan perlahan, masuk ke dalam bar itu. Rambut Selly yang berwarna kecoklatan jatuh tergerai di punggungnya. Secara keseluruhan penampilan Selly membuat bar itu semakin terasa panas.
Pacarnya bilang bahwa ia akan menjemput Selly untuk makan malam, tapi sekarang Selly sendiri tidak yakin apakah memang tempat ini yang dimaksudkan, setelah matanya melihat keadaan di sekelilingnya. Ia sendiri harus bertanya beberapa kali untuk bisa sampai ke tempat ini. Selly yang tidak melihat teman kencannya, memutuskan untuk memesan soft drink dan menunggu sebentar. Selly menghampiri tempat duduk kosong di sebelah meja bola sodok, dan duduk di situ berharap teman kencannya akan segera datang dan membawanya pergi dari situ.
Keempat orang yang sedang bermain bola sodok memandanginya sejenak dan mengenali Selly, mereka berkata bahwa mereka adalah fans berat Selly dan mengajaknya untuk ikut dalam permainan bola sodok mereka. Dengan sopan Selly mengucapkan terima kasih dan menolak tawaran itu, dan mengatakan bahwa ia sedang menunggu temannya.
Masing-masing dari keempat orang itu menatap Selly untuk beberapa saat, dan Selly sendiri merasa merinding ketika matanya menatap mata mereka. Mereka menjilati bibir mereka setiap kali mata Selly beradu pandang dengan mereka. Setelah minum-minum beberapa gelas kemudian, suasana semakin menakutkan bagi Selly. Mereka berdiri di sebelah Selly sambil mengusapi selangkangan mereka menunggu giliran untuk menyodok bola. Mereka mulai melontarkan kata-kata jorok seakan-akan Selly tidak ada di situ.
“Hei Non, gimana kalo lo buka kaki lo, jadi kita bener-bener punya lubang beneran buat disodok!” seseorang dari mereka berkata.
“Gimana kalo kita nyanyi sama-sama di ranjang Non?” yang lain menimpali.
Selly berusaha mengacuhkan mereka, tapi mereka terus melontarkan kalimat-kalimat jorok itu. Selly memutuskan untuk menunggu teman kencannya di luar sehingga ia tidak harus melihat orang-orang itu. Tapi seseorang segera mendekatinya dan menempatkan tangannya di bahu Selly serta mendorongnya duduk kembali sementara ia sendiri duduk di sebelah Selly.
“Taruhan yuk?!, Kalo gue bisa masukin bola di sudut itu, lo kulum punya gue di mulut lo!” katanya keras, sambil kemudian menjilat dan mencium telinga Selly.
Selly hanya bisa memandangi dia dengan mulut terbuka tak percaya. Ia sama sekali tidak percaya mendengar perkataan laki-laki itu. Seumur hidupnya belum pernah ada orang yang berbicara sedemikian vulgar kepadanya. Ketika Selly tidak mengatakan apa-apa, orang itu memasukkan tangannya ke dalam gaun Selly, merabai pahanya dan berusaha membuka kaki Selly. Selly meronta dan memandang sekelilingnya dengan tatapan memelas mohon pertolongan. Orang yang lain kemudian berteriak bahwa sekarang giliran laki-laki itu untuk main. Ketika laki-laki itu bangkit, Selly merasa lega, tapi tidak lama. Laki-laki lain menggantikan orang itu dan dua orang lainnya menghadangnya di depan. Laki-laki yang bertaruh tadi menyodok bolanya. Ia kemudian melemparkan tongkatnya ke atas meja, memandang Selly sambil menyeringai, dan perlahan berjalan mendekati Selly.
“Lo utang satu kali sama gue!” katanya singkat.
Rony segera berlari mendekati pintu dan menguncinya. Dua orang menarik Selly yang meronta dan menjerit, dari atas tempat duduknya. Kedua laki-laki itu berkata kalau Selly bisa berteriak sekuat tenaga, tapi tetap akan melayani mereka apapun yang terjadi! Wajah Selly memutih pucat ketakutan, dan memohon pada mereka untuk melepaskan dirinya. Selly berkata, dirinya tidak membawa banyak uang, tapi mereka bisa mengambil kartu kredit dan semua uang yang ada di dompetnya kalau mereka melepaskan dirinya. Laki-laki yang menang taruhan tadi hanya tertawa dan menurunkan ritsluiting celananya.
“Gue nggak butuh duit lo! Lo bisa simpen duit lo! Tapi yang pasti lo nggak bakalan bisa nyimpen badan lo cuma buat lo sendiri!” katanya.
Selly akan segera diperkosa beramai-ramai. Selly hanya mempunyai dua pilihan. Melawan dan berharap bisa melarikan diri, atau berusaha rileks dan berdoa mereka tidak melukai dirinya. Ketika Selly melihat sepuluh orang mengeliling dirinya, Selly menyadari ia harus menyerahkan dirinya.
Tiba-tiba, Selly dipaksa untuk berlutut. Rony tadi memegang rambut dan kepala Selly hingga tidak dapat bergerak. Laki-laki yang bertaruh tadi maju mendekati Selly. Ketika ia mengeluarkan penisnya, ia memerintahkan Selly untuk segera mengulumnya dan jika ia berani mengigit penisnya, ia akan merontokan gigi Selly dan melanjutkan memperkosa mulut Selly. Rony tadi mendorong kepala Selly ke depan. Laki-laki di depan Selly memajukan penisnya mendekati muka Selly. Ketika penisnya sudah tegang dan keras, ia menjepit hidung Selly untuk membuat Selly membuka mulutnya.
Ketika Selly kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, ia mendorong penisnya ke dalam mulut Selly. Laki-laki itu berhenti begitu bibir Selly telah melingkar di penisnya dan membiarkan Rony di belakang Selly membantunya. Rony tadi mulai mendorong dan menarik kepala Selly. Kepala Selly bergerak maju dan mundur tanpa henti, terus menerus. Lipstik Selly yang berwarna merah menempel di batang penis yang ada di mulutnya. Dan ketika kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Selly tersedak, tapi Rony tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Selly. Selly dipegangi hingga tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya, sementara mereka berbicara satu sama lain.
“Lumayan! Anget dan empuk! Tapi gue pikir dia musti banyak berlatih soal beginian.” Kata laki-laki di depan Selly.
“Mungkin dia belon pernah pake mulutnya? Gimana? Lo udah pernah pake mulut lo Selly sayang?” tanya yang lain.
“Tentu aja dia pernah! Mulutnya nggak dipake buat makan doang tau?! Liat aja tuh bibir, punya lo kayak dijepit sama tuh bibir kan?” kata Rony sambil melihat dari bahu Selly.
Laki-laki pertama tadi lalu mendorong Rony untuk menjauh. Tangannya kemudian menjambak rambut Selly dan mulai menggerakannya dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Selly. Semua orang dapat mendengar suara dahi Selly yang menumbuk perut orang itu, dan erangan Selly yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya.
Ketika laki-laki itu akan mengalami orgasem ia mendorong kepala Selly hingga hidung Selly terbenam di dalam rambut kemaluan orang itu tanpa bisa menarik nafas. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Selly. Dan dari sudut mulut Selly sperma menyemprot keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Selly. Kemudian orang itu mulai bergerak lagi tanpa henti. Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Selly ke atas gaun hitam yang dikenakan Selly. Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Selly, Selly megap-megap menarik nafas dan terbatuk-batuk memuntahkan sperma yang masih ada di tenggorokannya.
Dua orang kemudian memegangi Selly sementara yang lain mulai melepaskan pakaian mereka. Selly sendiri tak berdaya untuk melarikan diri, setelah baru saja ia mengalami shock karena sperma yang disemburkan masuk ke dalam mulutnya, tapi mereka tetap memeganginya.
Ketika semuanya telah telanjang bulat, ia diangkat dan diletakan di atas meja bola sodok dan langsung dipegangi oleh empat orang laki-laki, setiap orang memegangi tangan dan kakinya. Kaki Selly terbuka lebar dan tubuhnya telentang, lampu di atas kepala Selly membuat matanya terpejam karena silau. Rony mendekat dan naik ke atas meja.
Perlahan ia menggosokan penisnya yang besar ke kaki Selly. Yang lain hanya bisa memandang iri pada penis Rony yang panjangnya hingga 25 senti dan selalu ia yang mendapat kesempatan pertama. Rony memerintahkan orang di dekat kepala Selly untuk mengangkat kepala Selly hingga Selly bisa melihat ketika penis Rony mulai masuk ke vagina Selly. Orang yang memegangi kaki Selly berusaha membuka kaki Selly lebih lebar, tapi terhalang oleh gaun yang dikenakan Selly. Rony langsung menarik gaun tersebut robek hingga pinggang Selly.
Orang-orang berseru kagum ketika melihat apa yang dikenakan Selly di bawah gaunnya. Ia mengenakan stocking warna hitam dengan celana dalam sutra berenda yang mirip dengan bikini. Orang yang memegang tangan Selly lalu menarik gaun bagian atas, terlihatlah BH warna hitam yang menutupi separuh dari buah dada Selly. Puting susu Selly tampak mencuat dari balik BH yang tipis dan berenda itu.
“Gila! Lo pake pakaian kayak gini dan lo musti dipaksa buat ngulum punya dia! Kata Rony.
“Mungkin lo nggak suka sama kita semua ya? Lo anggep kita nggak pantes lo layanin, gitu? Jadi lo pikir cuma Roy yang berhak nidurin lo? Lo dandan kayak gini biar Roy napsu sama lo kan? Asal lo tau aja Selly, buat sementara waktu Roy atau siapapun juga nggak bisa nidurin lo! Karena mereka semua musti nunggu lo selesai ngelayanin kita semua di sini! Sekarang kita liat seberapa hotnya lo!”.
Selly terpana, menyadari nama teman kencannya adalah Roy! Roy yang mengajak dirinya makan malam! Roy yang meminta agar Selly berpakaian seksi! Roy yang memintanya agar menunggu di bar ini Roy telah menjual tubuh Selly untuk para preman ini!
Setelah menarik lepas celana dalam dan BH Selly, Rony menyuruh orang-orang yang memegangi Selly melepaskannya. Selly berusaha meronta dan menendang Rony, tapi ia kalah cepat. Rony langsung memegang kedua pergelangan tangan Selly yang ramping dengan satu tangan dan menekannya di atas meja dekat kepala Selly, sementara ia menempatkan pinggulnya diantara kedua kaki Selly. Rony kemudian berusaha membuka kaki Selly dengan kedua lututnya dan mengarahkan penisnya yang sudah keras ke vagina Selly dengan bantuan tangannya yang masih bebas. Dengan satu kali dorongan, Rony dengan keras memasuki vagina Selly. Selly menjerit sekeras-kerasnya, dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Rony memperkosa dirinya. Rony sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Selly. Ia menyeringai setiap kali Selly menjerit kesakitan.
Ketika Rony sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Selly dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh Selly. Mereka mulai dengan memainkan buah dada Selly dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Seseorang menutup mulut Selly dengan tangannya sehingga seluruh jeritan Selly hanya berupa erangan tak jelas. Kaki Selly diangakat tinggi-tinggi dari atas meja sementara tangan-tangan merabainya, menikmati halusnya kaki Selly. Seseorang berusaha membuka belahan pantat Selly dan sesuatu yang basah dimasukkan ke liang duburnya. Dua buah penis menampari wajah Selly, mengenai pipi dan matanya.
Beberapa menit kemudian jeritan Selly hanya tinggal erangan dan rintihan tapi Rony memperkosa Selly tanpa henti, terus bergerak makin cepat. Setelah lama kemudian, Rony menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Selly, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga. Kepala Selly terdongak dan jeritan melengking terdengar, melolong panjang keluar dari mulut Selly yang masih tertutup oleh tangan. Rony mengejang beberapa saat dan bergerak beberapa kali, dan penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Selly. Sperma, bercampur dengan darah, mulai mengalir keluar dari vagina Selly. Sperma Rony menyembur tanpa henti, hingga mengalir dan tergenang di atas meja bola sodok. Laki-laki yang lain kemudian melepaskan pegangan mereka pada diri Selly dan bertengkar mengenai giliran siapa selanjutnya.
Selly hanya bisa berbaring tak bergerak ditindih oleh Rony, kaki dan tangannya masih terbuka lebar, ia menangis histeris. Satu-satunya yang telah Selly jaga, mulai dari SMA, universitas, hingga kini, adalah keperawanannya. Selly ingin menyimpan keperawanannya itu untuk malam pertama di hari pernikahannya. Ia telah diperkosa dan keperawanannya telah hilang.
“Gila! Dia masih perawan! Gue taruhan si Roy pasti nggak tau soal ini! Artis kayak lo masih ada yang perawan juga ya Selly, gue pikir lo udah kasihin ke produser lo!” kata Rony.
Ia menatap Selly yang masih terus menangis.
“Udah dong Selly, jangan nangis terus! Perawan lo udah ilang sekarang, nasi udah jadi bubur! Lo mustinya bangga ama diri lo, soalnya punya lo masih sempit banget! Pokoknya paling sempit dari semua yang udah pernah gue pake! Lagipula kita baru aja mulai!” katanya pada Selly.
Rony kemudian menarik penisnya keluar. Semua orang melihat bagaimana vagina Selly menjepit penis itu ketika penis itu perlahan keluar dari vagina Selly. Seorang laki-laki segera naik ke atas meja setelah Rony turun. Ia tidak terlalu terburu-buru. Sekarang, Selly dapat merasakan bagaimana bibir vaginanya perlahan membuka dan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajah Selly, ketika ia merasa tubunnya seperti dirobek oleh penis yang masuk.
“Lo jangan belagu deh! Kalo lo nggak suka sama punya gue atau punya temen gue tadi, masih ada yang laen! Cepet atau lambat lo pasti temuin yang lo suka!” bentak orang itu.
Perkataan orang itu membuat apa yang telah ia takutkan selama ini menjadi nyata. Selly akan diperkosa bergantian oleh seluruh orang yang ada di bar itu. Dan ia tidak punya pilihan sama sekali. Selly hanya bisa menyerahkan dirinya dan melayani mereka hingga selesai. Sekarang Selly hanya berharap ia bisa keluar dari situ hidup-hidup, dan berharap tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah ia alami.
Selly kemudian berusaha berpikir bagaimana membuat semua siksaan ini semakin cepat berakhir. Ia berusaha mengingat adegan-adegan film-film erotis yang pernah dilihatnya. Ia berusaha mengingat apa yang harus dilakukan untuk mendorong seorang pria cepat mencapai orgasme.
Selly kemudian melingkarkan tangannya ke leher laki-laki yang ada di atas tubuhnya dan menariknya mendekat, lalu menciumi bibir laki-laki itu. Selly lalu melingkarkan kakinya ke tubuh laki-laki itu dan menggosokan kakinya yang terbungkus stocking ke pinggul dan pantatnya. Walaupun rasa sakit masih terus menyerang kewanitaan Selly, Selly terus saja melingkarkan dan mengunci kakinya ke pantat dan menariknya hingga penis laki-laki itu masuk lebih dalam ke dalam vagina Selly, dibarengi oleh Selly dengan mengangkat pinggulnya. Sebelah tangan Selly mengusapi rambut laki-laki itu sementara yang lainnya merabai pundak dan punggungnya. Ia menciumi dan mengulum lidah laki-laki itu sembari mengeluarkan erangan seakan-akan ia menikmati semuanya. Selly berusaha mengingat semua adegan erotis yang pernah dilihatnya, berusaha membuat laki-laki yang sedang memperkosanya segera mengalami orgasme.
Berhasil! Ia menyemburkan spermanya ke dalam vagina Selly yang sudah terisi oleh sperma Rony. Lalu dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu, kemudian laki-laki lain menyusul, setelah itu temannya juga mulai memperkosa Selly. Selly berusaha membuat mereka orgasme secepat mungkin, tapi akhirnya Selly tidak bisa lagi menahan semua itu. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan ia sudah kehabisan tenaga melayani laki-laki itu. Selly lalu menangis dan memohon pada semuanya agar melepaskan dirinya. Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dada Selly keras-keras hingga Selly menjerit kesakitan.
“Jangan berisik! Lo belon ngelayanin temen-temen gue! Masih ada lima orang lagi!” bentaknya pada Selly.
Tiba-tiba orang itu menarik penisnya keluar dan merangkak ke dada Selly. Selly sudah sangat ketakutan sekarang hingga ia hanya bisa berbaring dengan mata terpejam erat, menunggu orang selanjutnya yang akan mengambil giliran memperkosanya. Ia sama sekali tidak menyadari orang yang baru saja memperkosanya mengarahkan penisnya ke muka Selly. Dan tepat sebelum orang itu orgasme Selly membuka matanya. Sperma segera menyembur ke seluruh wajah Selly. Seseorang memegangi kepala Selly, hingga seluruh sperma itu keluar menyembur dari penis itu. Ketika orang itu puas ia menarik rambut Selly dan menamparkan penisnya ke wajah Selly.
“satu-satunya yang boleh lo mohon cuma ini tau? Lo sendiri yang masuk ke sini pake pakaian kayak gini dan lo mohon kita berhenti? Lo bercanda apa? Lo musti ngelayanin kita sampe kita nggak bisa bangun lagi! Ngerti” Orang itu membentak Selly.
Lima orang terakhir kemudian mengambil giliran masing-masing dan memperlakukan Selly sama dengan orang sebelumnya. Ketika hampir orgasme, mereka menarik penisnya keluar, merangkak di atas dada Selly, dan memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Selly kemudian menarik rambut Selly untuk membersihkan penis mereka. Dan ketika orang yang terakhir selesai Selly berbaring hampir tak sadarkan diri.
Wajah, buah dada, dan puting susu Selly seluruhnya dilumuri sperma. Sperma itu mengalir turun dari sisi wajahnya, masuk ke telinga dan leher Selly. Selly tidak bisa membuka matanya karena semuanya tertutup oleh sperma. Selly harus bernafas melalui mulutnya karena sperma sudah masuk ke hidungnya. Rambut Selly yang kecoklatan terlihat kusut karena terkena sperma yang mengering di rambutnya. Ketika orang-orang itu beristirahat sejenak, Selly hanya berbaring di atas meja bola sodok, kakinya terbuka lebar dan sperma mengalir keluar dari vaginanya, menunggu orang selanjutnya memperkosa dirinya. Vagina Selly tampak memar, memerah, dan terasa sakit karena baru saja dimasuki sepuluh orang bergantian tanpa henti.
Dua orang menarik tubuh Selly turun dari meja bola sodok itu dan menyeretnya ke kamar mandi. Mereka kemudian membersihkan tubuh Selly dengan kertas tisu yang kasar dari sperma yang menempel. Dan ketika tubuhnya diseret keluar lagi, Selly melihat meja bola sodok tadi telah dipindahkan ke pinggir ruangan. Di tengah ruangan itu sekarang tergelar matras kusam dan delapan laki-laki telanjang bulat berdiri mengelilinginya. Selly didorong ke tengah-tengah lingkarang orang itu, hingga ia terjatuh ke atas matras, tubuhnya tersungkur tak berdaya untuk mengangkat tubuhnya. Selly merasakan tangan-tangan di seluruh tubuhnya mulai menarik, mendoorng dan mengangkat tubuhnya. Ketika Selly membuka matanya ia melihat seseorang telah berbaring telentang di bawah tubuhnya.
Orang itu adalah si Rony, dan penisnya sudah tegak berdiri. Kedua bibir vagina Selly kemudian dibuka oleh dua pasang jari-jari ketika perlahan tubuh Selly diturunkan mengarah ke penis Rony. Denga sisa-sisa sperma yang ada, penis itu dapat lebih mudah masuk ke dalam vagina Selly. Dan Selly sendiri hanya mengerang, merasakan kembali sakit walaupun tidak lagi menyengat ketika pertama kali ia diperkosa oleh Rony tadi. Seseorang kemudian menarik rambutnya, dan sebuah penis lain mendekati mulutnya. Selly dengan perlahan membuka mulutnya, berharap mereka tidak akan menyakitinya jika ia menuruti kemauan mereka. Penis itu masuk hingga ke tenggorokan Selly dan berhenti tak bergerak. Selanjutnya Selly merasakan sebuah tangan mendorong tubuhnya hingga turun. Kemudian tangan-tangan lain mulai membuka belahan pantatnya. Selly panik dan berusaha merangkak menjauhi tangan-tangan itu. Dengan merangkak Selly membuat penis di mulutnya masuk makin dalam ke tenggorokannya.
“Hei, lo suka juga akhirnya! Kalo gitu ayo mulai aja sayang!” kata orang yang memasukan penisnya ke mulut Selly sambil tersenyum.
Ia mulai menggerakan pinggulnya secepat dan sekuat tenaga. Tubuh Selly yang terdorong mundur karena gerakan orang itu, disambut dengan sebuah penis lain di liang anusnya. Sekarang rasa sakit yang perlahan mulai hilang dari tubuh Selly, kembali menyengat seluruh tubuhnya. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, sakit yang tidak pernah dirasakan Selly sebelumnya. Pikiran Selly menjerit-jerit kesakitan, sedangkan mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas diredam oleh penis yang keluar masuk. Rasa sakit itu makin menjadi-jadi, ketika ketiga orang itu mulai bergerak berirama. Tubuh Selly seperti terkoyak-koyak ketika penis-penis itu bergantian keluar masuk di dalam vagina dan anusnya. Dua orang kemudian mendekat memegangi tubuh Selly hingga ia tidak terjatuh ke samping. Semua lubang di tubuh Selly, mulut, vagina dan anus dipergunakan oleh mereka untuk memuaskan nafsu mereka secara bersamaan. Kemudian dua orang terkahir tadi menarik tangan Selly, melingkarkan jari-jari Selly di penis mereka dan menyuruhnya untuk mulai mengocok penis-penis mereka, sementara dua orang lainnya berlutut di samping Selly, dan menarik buah dadanya untuk kemudian digosokan pada penis mereka.
Sekarang Selly sudah dalam keadaan berlutut, tubuhnya bergoyang maju mundur. Tujuh dari sepuluh orang itu terus-menerus menggunakan tubuh Selly untuk membuat mereka puas. Tidak seorang pun peduli dan melihat bahwa Selly sama sekali tidak bisa bergerak. Semuanya tampak sangat bernafsu memperoleh bagian tubuh Selly.
Setelah beberapa menit rasa sakit itu mulai bisa ditekan oleh Selly. Selly terus memejamkan matanya karena ia tidak ingin melihat bagaiman orang-orang itu mempergunakan tubuhnya untuk memuaskan mereka. Ia hanya berharap semua itu segera selesai, karena dirinya hampir tidak bisa lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Orang di anus Selly lebih dulu orgasme. Ketika ia selesai dan menarik penisnya keluar, orang lain maju dan dengan mempergunakan sperma orang yang pertama, ia melumasi penisnya dan memasukannya ke anus Selly. Lalu orang di mulutnya menyemburkan sperma, membuat Selly tersedak tak bisa bernafas, berusaha sekuat tenaga menelan sperma orang itu. Lalu penis itu ditarik dan digantikan oleh penis lain, yang kali ini lebih besar. Selly berusaha membuka mulutnya, tapi orang itu tidak sabar dan langsung mendorong penisnya masuk, dan mulai bergerak. Ia mendorong penisnya dalam-dalam dan tidak menariknya keluar, terus menahannya di dalam tenggorokan Selly. Selly kemudian merasakan getaran dari tubuh Rony di bawahnya dan cairan hangat mengalir ke dalam vaginanya, segera setelah itu orang lain menggantikan posisi Rony tadi.
Orang-orang tadi bergantian memperkosa Selly di seluruh lubang yang ada, ia terus menelan semua sperma yang disemburkan di dalam mulutnya. Dua orang di depan wajahnya mengocok penisnya masing-masing dan mengarahkan penisnya ke wajah Selly. Ketika Selly melihat ke bawah, orang di bawah tubuhnya sedang menatap wajahnya dan kepalanya diganjal oleh kedua tangannya. Tak lama kemudian sperma kembali masuk ke dalam vagina Selly, dua detik kemudian sperma menyembur ke anusnya.
Penis lain kembali masuk ke vagina Selly. Selly kembali memejamkan matanya, ia sekarang hanya bisa mengeluarkan suara erangan, yang semakin tinggi ketika penis lain masuk ke anusnya. Ketika ia membuka matanya lagi, Selly melihat sebuah penis diarahkan ke wajahnya. Kepala penisnya berwarna ungu bulat, dan beberapa detik kemudian sperma menyembur menghantam wajahnya mengalir masuk ke mulutnya. Orang tubuh kemudian minggir dan sebuah penis lain maju mendekat.
Sepanjang malam Selly terus melanyani sepuluh orang itu hingga semuanya mendapat bagian menggunakan mulut, vagina dan anusnya paling sedikit satu kali. Dan ketika orang-orang tersebut puas dan menjauh dari tubuh Selly, tubuh Selly tetap tak bergeming dalam posisi merangkak, Selly lalu mengangkat wajahnya berusaha melihat orang-orang yang mengelilinginya, setelah itu semuanya gelap dan tubuhnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,