Cerita Sex Kuhamili Tante Jel – Kisah ini berawal saat umurku masih 16 tahun, sebagai murid kelas 1 sekolah kejuruan setingkat SMK di sebuah kota Malang. Namaku Dedi. Aku lahir di deket perkebunan Apel yang memiliki sejumlah saudara 4 orang anak yang semua lakilaki. Aku anak nomer tiga. Dan yang menjadi masalah pada kehidupan remajaku. Emang Jarang bergaul dengan perempuan selain ibuku, tante juga nenekku akupun jadi canggung kalau berdekatan dengan perempuan, maksudnya cwe sebayaku.
Maklumlah di sekolahku umumnya juga cowok jarang cewek. Selain itu Aku tinggi 160cm dan hitam. Karena tampangku yang mirip Negro, temantemanku memanggil aku Drogba, karena aku suka main sepakbola.
Cerita Sex Kuhamili Tante Jel
Dari tampilan ini jarang cewek mendekatiku, bahkan mendekati cewek agak canggung. Walaupun sebenarnya ingin sekali punya pacar. Bukan pacar sembarang pacar, tetapi pacar yang cantik dan sexy. Dan ini masalahnya lingkunganku masih pedesaan, ngga kayak sekarang hampir desa menjadi kota. Dan apalagi waktu itu di lingkungan tempat aku tinggal. Pergaulan antara lakilaki dan perempuan yang sedikit mencolok menjadi sorotan tajam masyarakat. Dan jadi bahan gunjingan ibuibu antar tetangga.
Walaupun aku kurang ganteng, setidaknya aku manfaatin kelebihanku tubuh berotot dan dengan memiliki Penis besar dan panjang yang lebih panjang dari ukuran ratarata. Dan masalahnya lagi setiap melihat perempuan cantik syahwatku naik. Apalagi kalau kelihatan paha. Aku bisa tak mampu berpikir apaapa lagi kalau gadis dan perempuan cantik itu lewat di depanku. Senjataku langsung tegang kalau melihat dia berjalan berlenggaklenggok dengan panggul yang berayun ke kiri dan ke kanan. Ngaceng abis kayak siap berlaga. Makanya setiap tegang kelihatan dari luar dan itu yang sering bikin malu.
Luluk adalah murid salah satu orang pendatang di desaku. Kecantikannya jadi buah bibir para cowok seantero kecamatan. Dia tinggal dalam jarak beberapa rumah dari rumahku, jadi tetanggaku juga. Aku sebenarnya ingin sekali seandainya Luluk jadi pacarku, tapi mana bisa. Cowokcowok keren termasuk anakanak penggede, kepala desa, kamituwo, bayan, anak pak camat pada ngantri ngapelin dia, mencoba menjadikannya pacar. Hampir semua bawa mobil, kadang mobil dinas bapaknya, mana mampu aku bersaing dengan mereka.
Terkadang kami berpapasan kalau ada kegiatan RT atau kendurian, tetapi aku tak berani menyapa, dia juga tampaknya tidak tertarik hendak berteguran dengan aku yang muka jelek dan hitam pula. Ya pantaslah, karena cantik dan dikejarkejar banyak pemuda dia jadi sombong, mentangmentang. Atau barangkali itu hanya alasanku saja. Aslinya aku juga takut sama perempuan cantik. Berdekatan dengan mereka aku gugup, mulutku terkatup gagu dan nafasku sesak. Itulah Luluk.
Dan ada satu lagi perempuan yang juga membuat aku gelisah jika berada di dekatnya. Tante Mei, ibu luluk yang juga samasama cantik. Ayah luluk pemasok yang mendatangkan beberapa bahan kebutuhan perkebunan Apel. Karena itu dia sering bepergian. Kadang ke Jakarta, Medan dan ke Singapura. Belum lama mereka menjadi tetangga kami. Entahlah orang dari daerah mana suaminya ini.
Tapi aku tahu Luluk dan Tante Mei dari Bandung, dan dia ini wuahh mak sungguhsungguh mantap cantiknya. Wajah Putih. Bodinya juga bagus, dengan panggul berisi, paha kokoh, dan pinggang ramping. Payudaranya juga indah kenceng serasi dengan bentuk badannya. Pernah di acara pentas terbuka di kampungku kala tujuh belas agustusan dia menyumbangkan peragaan nyanyi dangdut di desaku. Wah aku betulbetul terpesona.
Dan Tante Mei ini juga akrab dengan ibuku. Walau lebih muda dari ibuku, tapi mereka itu cocok satu sama lain. Dan satu kebiasaan yang kulihat pada Tante Mei ini, dia tidak suka pakai bra. Pernah ku dapati Tante Mei lagi rebahan ngobrol dengan ibuku. Rupanya dia tidak mengira aku suka curicuri pandang, aku sudah sempat melihat celah dadanya yang putih padat polos tanpa kelihatan branya yang kelihatanya bagus cembung.
Aku mereguk ludah, kontolku kontak berdiri. Tanpa bicara apapun aku ke kamar, ku kocok kontolku sambil membayangkan Tante Mei. Dan sejak itu aku sering ngintip dan curicuri pemandangan setiap kali mereka ngobrol. Setiap melihat Tante Mei , aku sering purapura baca buku/Koran untuk melihat pemandangan seksinya Tante Mei.
Oh ya mengenai Tante Mei sering kurang puas klo main sama suaminya saat di rumah. Saya mendengar ini terkadang jadi keluhkesahnya pada ibuku. Aku tak tahu benar mengapa dia sering mengeluh dengan ibuku, dan apa yg terjadi dengan suaminya.
Pada saat liburan suatu hari saat suami Tante Mei (Om Joko) ngajak berangkat sekeluarga Luluk dan Tante Mei ke Singapura. Tapi Pas Mau pergi Tante Mei demam, jadi membatalkan tiketnya, sebetulnya keluarganya memutuskan menggagalkan tapi Luluk merasa sedih akhirnya berangkatlah mereka berdua tante di tinggal sendiri di rumah. Sepanjang hari setelah suami dan anaknnya berangkat Tante Mei sering tidur di rumahku. Dia takut sekali dan merasa kesepian di rumah.
Pas suatu hari ketika aku pulang dari main sepakbola, ibu memanggilku. Katanya Tante Mei takut tidur sendirian di rumahnya karena suami dan anaknya pergi. Dan pembantunya sudah dua minggu dia berhentikan karena kedapatan mencuri. Sebab itu dia menyuruhku tidur di ruang tamu di sofa Tante Mei Mulamula aku keberatan dan bertanya mengapa bukan salah seorang dari adikadikku. Kukatakan aku mesti latihan besok pagi buat persiapan kejuaraan.
Yang sebenarnya seperti sudah saya katakan sebelumnya, saya selalu gugup dan tidak tenteram kalau berdekatan dengan Tante Mei (tapi tentu saja ini tak kukatakan pada ibuku). Kata ibuku adikadikku yang masih kecil tidak akan membantu membuat Tante Mei.
Lalu malamnya aku pergi ke rumah Tante Mei lewat pintu belakang. Tante Mei tampaknya gembira aku datang. Dia mengenakan daster tipis yang membalut ketat badannya yang sintal padat.
Mari makan malam Ded, ajaknya membuka tudung makanan yang sudah terhidang di meja.
Saya sudah makan, Tante, kataku, tapi Tante Mei memaksa sehingga akupun makan juga.
Dedi, kamu kok pendiam sekali ? Lain dengan adikadik dan ibumu, kata Tante Mei selagi dia menyendok nasi ke piring.
Aku sulit mencari jawaban karena sebenarnya aku tidak pendiam. Aku tak banyak bicara hanya kalau dekat Tante Mei saja, atau Luluk atau perempuan cantik lainnya. Karena gugup.
Tapi Tante suka orang pendiam, sambungnya.
Kami makan tanpa banyak bicara, habis itu kami nonton televisi acara panggung musik pop. Kulihat Tante Mei rebahan sampai secara tak sadar menaikkan kakinya ke sofa, kelihatan celana dalamnya. Bikin hatiku seerrrr.
Karena tibatiba Tante Mei ngajak obrol ku mematikan televisi dan lalu aku berbincang, dan tante menanyakan sekolahku, kegiatanku seharihari dan apakah aku sudah punya pacar atau belum. Aku menjawab singkatsingkat saja seperti orang bloon. Kelihatannya dia memang ingin mengajak aku terus bercakapcakap karena dia takut pergi tidur sendirian ke kamarnya. Namun karena melihat aku menguap, Tante Mei pergi ke kamar dan kembali membawa bantal, selimut dan sarung.
Di rumah aku biasanya memang tidur hanya memakai sarung karena penisku sering tidak mau kompromi. Tertahan celana dalam saja bisa menyebabkan aku merasa tidak enak bahkan kesakitan. Tante Mei sudah masuk ke kamarnya dan aku baru menanggalkan baju sehingga hanya tinggal singlet dan meloloskan celana blujins dan celana dalamku menggantinya dengan sarung ketika hujan disertai angin kencang terdengar di luar.
Aku membaringkan diri di sofa dan menutupi diri dengan selimut wol tebal itu ketika suara angin dan hujan Seningkah gemuruh guntur dan petir sabung menyabung. Angin juga semakin kencang dan hujan makin deras sehingga rumah itu seperti bergoyang. Dan tibatiba listrik mati sehingga semua gelap gulita.
Kudengar suara Tante Mei memanggil di pintu kamarnya.
Ya, Tante?
Tolong temani Tante mencari senter.
Dimana Tante?, aku mendekat merabaraba dalam gelap ke arah dia.
Barangkali di laci di dapur. Tante mau ke sana. Tante baru saja menghabiskan kalimatnya saat tanganku menyentuh tubuhnya yang empuk.
Ternyata persis dadanya. Cepat kutarik tanganku.
Saya kira kita tidak memerlukan senter Tante. Bukankah kita sudah mau tidur? Saya sudah mengantuk sekali.
Tante takut tidur dalam gelap Ded.
Gimana kalau saya temani Tante supaya tidak takut ?, aku sendiri terkejut dengan katakata yang keluar dari mulutku, mungkin karena sudah ngantuk banged.
Tante diam beberapa saat.
Di kamar tidur Tante?, tanyanya.
Ya. saya tidur di bawah, kataku. di karpet di lantai.
Seluruh lantai kamar tante memang ditutupi karpet tebal.
Di tempat tidur Tante saja sekalian asal ..
Aku terkesiap.
A asal apa Tante?
Asal kamu jangan bilang sama luluk ato ibumu, Tante bisa dapat malu besar. Dan juga jangan sekalikali bilang sama om Joko.
Ah buat apa itu saya bilangbilang ? Tidak akan, Tante. Dalam hati aku melonjaklonjak kegirangan. Agen Judi Maxbet
Tak kusangka aku bakalan dapat durian runtuh, berkesempatan tidur di samping Tante yang cantik banget. Siapa tahu aku nanti bisa nyenggolnyenggol dia sedikitsedikit.
Merabaraba seperti orang buta menjaga jangan sampai terantuk ke dinding aku kembali ke sofa mengambil selimut dan bantal, lalu kembali merabaraba ke arah Tante Mei di pintu kamarnya. Cahaya kilat dari kisikisi di puncak jendela membantu aku menemukan keberadaannya dan dia membimbing aku masuk.
Ingin sekali aku merangkul tubuh empuknya tetapi aku takut dia marah. Akhirnya kami berdua berbaring berjajar di tempat tidur. Selama proses itu kami sama menjaga agar tidak terlalu banyak bersentuhan badan. Perasaanku tak karuan. Baru kali inilah aku pernah tidur dengan perempuan bahkan dengan ibuku sendiripun tak pernah. Perempuan cantik dan seksi lagi.
Kamu itu item tapi badanmu kok bagus Ded? bisiknya di sampingku dalam gelap.
Aku tak menjawab.
Seandainya kau tahu betapa kontolku lebih keras lagi sekarang ini, kataku dalam hati.
Aku berbaring miring membelakangi dia. Lama kami berdiam diri. Kukira dia sudah tidur, yang jelas aku tak bisa tidur. Bahkan mataku yang tadinya berat mengantuk, sekarang terbuka lebar.
Ded, kudengar dia memecah keheningan.
Kamu pernah bersetubuh?
Nafasku sesak dan mereguk ludah.
Belum Tante, jawabku
Hmmh.
Lucu kamu Ded, mau ama tenate ? dalam gelap kudengar dia nawarin gituan.
Aku hampirhampir tak percaya dia mengatakan itu.
Setubuhin Tante?
Iya. Tapi jangan dibilangin siapapun.
Aku diam agak lama.
Dan akupun berbalik, nafsuku menggelegak. Aku tahu inilah kesempatan emas untuk melampiaskan hasrat berahiku yang terpendam pada perempuan cantikseksi selama bertahuntahun usia remajaku. Rasanya seperti aku dapat peluang emas di depan gawang lawan dalam satu pertandingan final kejuaraan besar melawan kesebebelasan super kuat, dimana pertandingan bertahan 00 sampai menit ke85. Umpan manis disodorkan penyerang tengah ke arah kiri.
Bola menggelinding mendekati kotak penalti. Semua mengejar, kiper terjatuh dan aku tiba lebih dulu. Dengan kekuatan penuh kulepaskan tembakan geledek. GOL!
Cerita Dewasa Aku Hamili Tante Mei
Begitulah rasanya ketika aku tergesa melepas sarungku dan menyerbu menanggalkan celana dalam Tante Mei . Lalu dalam gelap kuraih kaitan daster dipunggungnya, dia membantuku. Kukucup mulutnya. Kuremas buah dadanya dan tak sabaran lagi kedua kakiku masuk ke celah kedua pahanya. Kubuka paha itu, kuselipkan paha kiriku di bawah paha kanannya dan dengan satu tikaman kepala kontolku menerjang tepat akurat ke celah memeknya yang basah.
Saya tancapkan terus. MASUK!
auhuuhhh terus Ded, erangan tante.
Aku menyetubuhi Tante Mei begitu tergesagesa. Sambil menusuk liang vaginanya kedua buah dadanya terus kuremas dan kuhisap dan bibirnya kupilin dan kulumat dengan mulutku. Mataku terbeliak saat penisku kumajumundurkan, kutarik sampai tinggal hanya kepala lalu kubenam lagi dalam mereguk nikmat sorgawi vaginanya. Kenikmatan yang baru pertama kalinya aku rasakan. Ohhhhh Ohhhhh .
Tetapi malangnya aku, barangkali baru delapan kali aku menggenjot, itupun batang kemaluanku baru masuk dua pertiga sewaktu dia muntahmuntah dengan hebat. Spermaku muncrat tumpah ruah dalam lobang kewanitaannya. Dan akupun kolaps. Badanku penuh keringat dan tenagaku rasanya terkuras saat kusadari bahwa aku sudah knocked out. Aku sadar aku sudah keburu habis sementara merasa Tante Mei masih belum apaapa, apalagi puas.
Dan tibatiba listrik menyala. Tanpa kami sadari rupanya hujan badai sudah reda. Dalam terang kulihat Tante Mei tersenyum disampingku. Aku malu. Rasanya seperti dia menertawakan aku. Lakilaki loyo. Main beberapa menit saja sudah loyo.
Lain kali jangan terlampau tergesagesa dong sayang, katanya masih tersenyum. Lalu dia turun dari ranjang. Hnay menggunakan daster yang sempat kulepas dia pergi ke kamar mandi, tentunya hendak cebok membersihkan spermaku yang berlepotan di celah selangkangannya.
Keluar dari kamar mandi kulihat dia ke dapur dan akupun gantian masuk ke kamar mandi membersihkan penis dan pangkal penisku berserta rambutnya yang juga berlepotan sperma. Habis itu aku kembali ke ranjang. Apakah akan ada babak berikutnya? Tanyaku dalam hati. Atau aku disuruh kembali ke sofa karena lampu sudah nyala?
Tante Mei masuk ke kamar membawa cangkir dan sendok teh yang diberikan padaku.
Apa ini Tante?
Telor mentah dan madu lebah pengganti yang sudah kamu keluarkan banyak tadi, katanya tersenyum nakal dan kembali ke dapur.
Akupun tersenyum gembira. Rupanya akan ada babak berikutnya. Dua butir telur mentah itu beserta madu lebah campurannya kulahap dan lenyap kedalam perutku dalam waktu singkat. Dan sebentar kemudian Tante Mei kembali membawa gelas berisi air putih.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,